Kenang Kantin Bonbin, Anies Baswedan Ajak Mahasiswa Jaga Demokrasi

Dulu, di seberang Fakultas Psikologi, ada Kantin Bonbin. Di sanalah kami, mahasiswa, sering berdiskusi. 

Kenang Kantin Bonbin, Anies Baswedan Ajak Mahasiswa Jaga Demokrasi
Anies Baswedan menjadi pembicara diskusi "Kepemimpinan Anak Muda di Era Digital". (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Aroma nostalgia bercampur urgensi masa kini memenuhi area Pendopo Kagama Universitas Gadjah Mada (UGM). Lebih dari seribu mahasiswa berkumpul untuk mendengarkan Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta dan alumni UGM, dalam sebuah diskusi bertajuk Kepemimpinan Anak Muda di Era Digital.

Acara ini menjadi ajang pertemuan antara kenangan masa lalu dan tantangan masa depan. Anies Baswedan, yang kini dikenal sebagai politisi nasional, membuka pidatonya dengan cerita tentang Kantin Bonbin, tempat favoritnya semasa kuliah di Kampus Biru.

"Dulu, di seberang Fakultas Psikologi, ada Kantin Bonbin. Di sanalah kami, mahasiswa, sering berkumpul untuk berdiskusi dan bertukar ide. Tapi sekarang, ruang diskusi kalian sudah bergeser ke dunia maya," kenang Anies saat berbicara di depan ribuan mahasiswa, Senin (9/9/2024).

Pergeseran ruang diskusi inilah yang menjadi fokus utama ceramah Anies. Dia menekankan meskipun media sosial membuka peluang baru bagi partisipasi politik namun juga membawa tantangan tersendiri. "Media sosial adalah pedang bermata dua. Gunakan dengan bijak agar tidak menanggung malu di masa depan," ujarnya.

Suara kritis

Seorang peserta mengangkat tangan dan bertanya, "Bagaimana cara kita memastikan suara kritis di media sosial tidak tenggelam dalam hiruk-pikuk informasi yang beredar?" 

Menanggapi pertanyaan tersebut, Anies menjelaskan pentingnya membangun kredibilitas online. "Jadilah sumber informasi yang dapat dipercaya. Verifikasi sebelum membagikan. Ingat, jejak digital kalian akan selalu ada," tegasnya.

Anies melanjutkan dengan menekankan potensi besar yang dimiliki oleh pemuda. Namun, ia juga mengingatkan bahwa dengan kekuatan itu datang tanggung jawab yang besar. "Kalian memiliki kebaruan, keberanian karena tidak ada beban, serta kemampuan berorganisasi yang hebat," pujinya.

Acara ini bukan hanya sekadar diskusi tetapi juga menjadi cermin perjalanan demokrasi Indonesia dari era perjuangan fisik melalui masa reformasi hingga tantangan era digital saat ini.

Ide baru

UGM yang telah melahirkan banyak pemimpin nasional, sekali lagi membuktikan perannya sebagai tempat lahirnya ide-ide baru yang akan membentuk masa depan bangsa.

Gielbran Muhammad Noer selaku mantan Ketua BEM KM UGM 2023 yang memandu diskusi menambahkan perspektif generasinya. Dia mengingatkan pemuda harus menjadi agen intelektualitas dalam demokrasi, berperan dalam mencegah munculnya pemimpin yang hanya mengandalkan gimmick tanpa gagasan yang jelas.

"Gimmick dalam politik mungkin diperlukan, tetapi pemuda sebagai pemilih terbesar di Indonesia harus mampu memahami bahwa gimmick hanya sekadar kemasan, dan tidak boleh memilih pemimpin yang hanya kuat dalam kemasan namun kosong dalam gagasan,” katanya. (*)