Kemenperin Fokus Kembangkan Industri Simplisia Kulonprogo dan Sukoharjo

Kemenperin Fokus Kembangkan Industri Simplisia Kulonprogo dan Sukoharjo

KORANBERNAS.ID--Kementerian Perindustrian Republik Indonesia fokus mengembangkan Industri Kecil Menengah (IKM) Simplisia di wilayah Kulonprogo DI Yogyakarta dan Sukoharjo Jawa Tengah. Alasan dipilihnya dua wilayah ini, dikarenakan IKM Simplisia sudah berkembang dan pola kemitraan yang dilakukan pemerintah daerah setempat sudah baik.

“Di sini sudah ada embrio-embrio kemitraan yang nantinya bisa menjadikannya lebih besar lagi. Jadi teman-teman IKM juga harus kita dorong bersama-sama,” kata Direktur Industri Kecil Menengah, Pangan, Barang dari Kayu dan Furnitur Ditjen IKMA Kementerian Perindustrian Ir Sri Yuniati pada acara Bimbingan Teknis Produksi IKM Simplisia di Sukoharjo, Selasa (3/12/2019).

Hadir pada acara yang berlangsung di Hotel Brother Solo Baru itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Sukoharjo Bahtiar Zunan, perwakilan Industri Jamu Borobudur Semarang, Sido Muncul Kabupaten Semarang, Konimex Solo dan pengurus Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (DPD GP Jamu Jawa Tengah).

Sri Yuniati menambahkan, industri jamu, terutama industri simplisia minuman herbal, masih bisa ditumbuhkembangkan. Dan sekarang, bagaimana IKM-IKM ini bisa menjadi rantai pasok bagi industri besar.

“Apapun produknya yang penting bisa menjadi minuman konsumen akhir yang memiliki standar dan kualitas baik,” ujarnya seraya berkata industri simplisia menjadi salah satu prioritas pengembangan Direktorat Industri Kecil Menengah Pangan, Barang dari Kayu dan Furnitur Kementerian Perindustrian.

Ke depannya, Sri Yuniati berharap IKM Simplisia dan jamu bisa lebih eksis lagi dan menjadi bagian rantai suplai industri jamu nasional.

Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja Sukoharjo Bahtiar Zunan, menjelaskan, dewasa ini industri jamu dan produknya semakin dikenal masyarakat lewat media sosial (medsos).

“Orang sekarang jadi sadar. Terutama setelah baca khasiat tanaman yang ada di sekitar kita, ternyata memiliki khasiat pembunuh kanker. Seperti serai, kulit jeruk, kulit manggis. Tapi kadang-kadang kita lupa kalau di balik khasiatnya yang luar biasa itu ternyata ada ahlinya,” jelasnya.

Dia menceritakan, pengalamannya saat berkunjung ke industri jamu Sido Muncul beberapa waktu lalu. Dia melihat proses produksi yang luar biasa. Dulu yang ada jamu seduh dan ada juga yang mengatakannya jamu sinshe.

Karena banyaknya IKM jamu di wilayah ini, maka Sukoharjo dikenal sebagai Kota Jamu. Bahkan di wilayah Nguter punya pasar jamu.

“Kalau bisa kita tampung semua jahe hasil kebun petani untuk mengatasi masalah bahan baku jamu. Atau di sini (Sukoharjo) ada hutan karet dan di bawahnya bisa ditanami jahe. Sebab selama ini bahan baku terbatas dan harus mencari dari luar daerah,” kata Bahtiar.

Masalah bahan baku juga diakui Rahmad, perwakilan Industri Jamu Borobudur Semarang. Menurut dia, industri jamu khususnya dan pengolahan makanan serta buah-buahan pada umumnya, sangat menyedihkan. Padahal bahan baku di tanah air sangat bagus.

“Di sini harga jahe sampai 80 ribu per kilogram. Sedangkan di China cuma 50 ribu per kilogram. Padahal kualitas jahe kita lebih bagus dan lebih pedas. Saya ingin di Solo ini ada gudang percontohan pengolahan hasil kebun petani,” imbuh Rahmad. (SM)