Teka-teki Kematian Warga Desa Kaliwungu Lor Terjawab

Teka-teki Kematian Warga Desa Kaliwungu Lor Terjawab
Totok Sarkoro, kakak kandung korban SP (kiri) bersama Kepala Desa Kaliwungu Lor, Ganjar Santoso. (wahyu nur asmani ew/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, PURWOREJO -- SP (58), seorang warga Desa Kaliwungu Lor Kecamatan Ngombol Kabupaten Purworejo Jawa Tengah, hilang beberapa hari tiba-tiba ditemukan meninggal gantung diri.

Kematian pria yang menderita sakit diabetes itu menyisakan teka-teki. Korban yang memiliki dua anak tersebut  ditemukan tergantung di parkiran salah satu sekolah, Rabu (19/4/2023), pukul 05.30. Sebelumnya, korban pergi dari rumah pada Minggu (16/4/2023) malam tanpa diketahui tujuannya.

Saat ditemukan, korban tergantung. Kondisi jenazah membengkak dan menimbulkan aroma tidak sedap. Warga desa setempat lantas berspekulasi setelah melihat kejanggalan. Sampai saat ini, kematian korban sudah sebulan. Teka-teki itu menjadi pertanyaaan warga.

Warga yang tidak bersedia disebut namanya mengatakan posisi korban saat ditemukan menggantung, kaki melebar. Disebutkan, itu bukan ciri-ciri kematian akibat gantung diri. Saat ditemukan jenazah korban bermasker.

Warga itu menyatakan paham dengan korban karena kesehariannya sering menghabiskan waktu bersamanya. Korban yang tidak bekerja itu sering mampir ke tempatnya, menemani kerja sambil main hape karena ada jaringan wifi.

Pada Minggu (16/4/2023) pukul 15:30, melalui pesan singkat korban ingin pinjam alat kesehatan untuk terapi karena punggung dan tubuh bagian bawah terasa mati rasa selama empat hari.

Korban, lanjut warga itu, pernah di depan beberapa warga lainnya  memukuli mata kakinya. Dia berusaha membuktikan walaupun mata kakinya dipukul tidak merasakan sakit karena sudah mati rasa.

Dia juga mengeluhkan punggung dan tubuh bagian bawah sudah mati rasa. Pertanyaannya, bagaimana cara dia memanjat dan menggantungkan diri mengingat di tempat kejadian perkara tidak ada tangga maupun kursi.

Tatkala jenazah korban ditemukan gantung diri terdapat sepeda motor korban sekitar tiga atau empat meter dari tubuh korban. Tidak ada kursi atau anak tangga.

Di tengah berkembangnya desas-desus ada yang tidak lazim, istri korban sudah menandatangani surat persetujuan suaminya tidak diotopsi.

Merespons warga, Kasat Reskrim Polres Purworejo AKP Khusen Martono sudah hadir memberikan penjelasan, Kamis malam (18/5/2023), namun warga belum merasa lega.

Lurah setempat juga sudah menerima penjelasan dari polisi namun warga masih belum merasa lega sebelum mendapatkan keterangan medis yang menerangkan sebab-sebab kematian korban.

Melihat keresahan warga, timbul inisiatif Totok Sarkoro (61) sebagai keluarga yang membuat aduan ke polisi untuk mengungkap teka-teki tersebut.

Totok Sarkoro merupakan kakak kandung korban, tinggal di Jakarta. Dia pada Kamis (18/5/2023) sore menuju Purworejo, untuk mengadukan kematian korban ke polisi.

Transit di sebuah di Kelurahan Pangen Juru Tengah Kecamatan Purworejo, Jumat (19/5/2023), Totok ditemui kerabatnya beserta Kepala Desa Kaliwungu Lor, Ganjar Santoso serta beberapa tokoh masyarakat.

Totok sudah membuat pengaduan ke SPKT Polres Purworejo, kemudian diminta bertemu Kasat Reskrim Polres Purworejo, AKP Khusen Martono. Kepada wartawan usai  pertemuan, Totok mengatakan telah mendapatkan penjelasan terkait kematian adik kandungnya SP (58).

Artinya, teka-teka itu telah terjawab. "Saya mendapat penjelasan dari Pak Kasat Reskrim Polres Purworejo terkait kematian adik saya adalah murni musibah bunuh diri,” jelasnya.

Menurut dia, posisi kaki melebar (korban gantung diri biasanya kaki lurus) itu wajar. Polisi menyebut selama ini telah menangani banyak kasus bunuh diri. “Setelah mendapat penjelasan polisi, saya bisa menerima kematian adik saya murni musibah bunuh diri," kata Totok di Mapolres Purworejo.

Kasat Reskrim Polres Purworejo, AKP Khusen Martono mengatakan dirinya pada Kamis (18/5/2023) malam telah mendatangi Kepala Desa Kaliwungu Lor dan warga guna menjelaskan kematian korban adalah musibah gantung diri.

"Diduga karena SP sudah tidak tahan dengan penyakit diabetes yang dideritanya. Keluhan mengenai penyakit itu sempat diceritakan kepada salah seorang rekannya. Setiap malam almarhum SP juga mengeluh tidak bisa tidur," jelas Kasat Reskrim.

Saat ditemukan, jenazah SP mulai membengkak. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. "Kami imbau agar masyarakat tidak berspekulasi macam-macam, tidak usah resah," tegas Kasat Reskrim. (*)