Kasongan Mini Zoo Siap Dibangun

Kasongan Mini Zoo Siap Dibangun

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Sentra kerajinan gerabah dan keramik Kasongan Bantul ke depan semakin menarik menyusul siap dibangunnya fasilitas Kasongan Mini Zoo atau KMZ.

Meski baru sebatas rencana namun detail pembangunan kebun binatang mini itu menjadi pembahasan sejumlah profesor serta doktor maupun para pakar di bidangnya.

Ini terlihat saat berlangsung Webinar Department of Architecture UII, Kamis (8/10/2020). Hadir sebagai pembicara konseptor KMZ Ir Sudarmadi. Dia adalah pemilik PT Askon Indonesia (kontraktor) sekaligus pemilik EL Farm Indonesia (sheep farmer).

Kemudian, Dr Ir Rofandi Hartanto MP selaku praktisi Cassava & Sorghum Local Food Intervention dari Universitas Sebelas Maret (UNS), maupun Prof Ir Bambang Hari Wibisono MUP M Sc Ph D dari Universitas Gadjah Mada (UGM).

Dipandu Suparwoko Ph D IAI dari Jurusan Arstitektur Universitas Islam Indonesia (UII), rencana pembangunan KMZ sudah dibicarakan sampai tata letak maupun pemilihan satwa yang akan dikandangkan. Dari desain yang ada, kemungkinan akan dibuat model kandang panggung.

“Kasongan Mini Zoo mengutamakan hewan lokal seperti ayam kate, burung parkit, kelinci, ayam serama, ayam mutiara, ayam putih, kambing mini, burung emprit, love bird, kalkun, puyuh dan domba,” ungkap Suparwoko.

Sudarmadi menambahkan, domba dipilih dari jenis merino. “Domba merino mirip biri-biri di Australia. Ini domba dari Wonosobo Jawa Tengah. Bulunya sangat tebal sangat disukai anak-anak. Di sekeliling lahan parkir depan nantinya dibuat gerai-gerai kecil untuk menampung aneka makanan ataupun camilan produk warga sekitar KMZ,” kata dia.

Diyakini satwa-satwa tersebut mampu menarik perhatian apalagi dengan desain kandang yang juga dibuat menarik. Ditambah lagi, KMZ lokasinya berbatasan dengan sungai.

Luasnya sekitar 742 m2. Saat ini sudah terdapat bangunan sekitar 45 m2 dengan tanah 100 m2. Fasilitas itu juga akan dilengkapi area parkir dan homestay.

Sedangkan keberadaan pohon jati, salam dan mangga, tetap dipertahankan. “Konsep kandang pada awal rintisan ini menggunakan konstruksi bambu. Kita gotong royong dengan masyarakat setempat,” sambung Suparwoko.

Sedangkan Rofandi Hartanto menyarankan pada lokasi KMS sebaiknya dikembangkan tanaman sorgum atau canthel. Tanaman dengan daun dan batangnya seperti hijau tua itu masa panen rata-rata 3,5 bulan sampai empat bulan.

“Tanaman ini mengandung gula cukup banyak. Pada beberapa daerah seperti di Jawa Barat niranya diperas untuk mendapatkan gula. Kami sekarang menanam enam varietas sorgum di Sukoharjo dan tahun depan diperluas ke Wonogiri,” kata dia.

Sorgum, kata dia, ternyata sangat cocok untuk dikonsumsi oleh anak-anak hiperaktif karena mengandung zat yang tidak merangsang aktivitas hiperaktif. Penyajiannya bisa dibuat roti tawar atau roti basah. Tanaman ini di Bantul, Kulonprogo dan Gunungkidul masih banyak.

Pada webinar kali ini, muncul usulan membuat menu kuliner andalan KMZ misalnya domba atau kambing guling atau cempe guling. Atau bisa juga kambing ungkep  yang bisa dinikmati dengan makanan lokal seperti jagung, canthel dan ketela.

Bambang Hari Wibisono sepakat pada lokasi Kasongan Mini Zoo sedapat mungkin pohon yang sudah ada dipertahankan. Mungkin nantinya perlu ada pengaturan jumlah pengunjung.

“Terlepas dari pandemi, masalah kenyamaan kalau pengunjung kemruyuk tidak bisa menikmati dengan nyaman. Perlu semacam reservasi atau diatur jumlah pengunjung yang ada di dalamnya,” kata dia. (*)