Titik Nol Kali Ciliwung Airnya Kinclong Bisa untuk Berkaca
KORANBERNAS.ID, BOGOR -- Pernah memperhatikan limpahan air Kali Ciliwung saat Jakarta dan sekitarnya dilanda banjir? Dari layar televisi tampak jelas, airnya cokelat, kotor dan penuh sampah, kan?
Padahal Titik Nol di mana Sungai Ciliwung berhulu, airnya sangat jernih, bening, kinclong bahkan bisa untuk berkaca. Segala macam benda di atasnya secara otomatis dipantulkan dalam bayangan seperti bentuk aslinya.
Titik Nol tersebut berupa Danau Saat yang berada di kaki Gunung Kencana, masuk wilayah Cibulan, Cisarua, Tugu Utara kawasan Puncak Bogor. Danau itu sangat indah, berada di sekeliling Gunung Gede dan Gunung Pangrango.
Berhawa sejuk dengan hamparan kebun teh yang sangat luas, pesonanya bukan hanya berupa hamparan kebun teh sejauh mata memandang seluruhnya berwarna hijau. Lansakap itu menyejukkan mata siapa pun yang tinggal di kota dengan terbiasa menatap hamparan beton-beton yang gersang. Terasa aroma daun teh dan wangi tanah pegunungan yang sering disiram air hujan.
Wilayah itu kini menjadi area trekking, olahraga yang sedang trend di kalangan masyarakat muda usia, paruh baya bahkan lansia. Termasuk anak-anak yang kebanyakan datang bersama keluarga.
Diresmikan sebagai obyek wisata 28 Oktober 2018, sayang tiba-tiba muncul pandemi. Obyek wisata itu pun surut pengunjung sebagaimana dialami destinasi wisata lainnya. Kini tempat trekking itu sudah berangsur kembali ramai pengunjung.
Parkir dekat telaga
"Meski jaraknya agak jauh, tetapi enaknya kendaraan bisa parkir di dekat telaga," kata Frista, yang bersama teman-teman grup trekking perumahan Pesona Khayangan Juanda Depok Jabar, baru saja berkunjung ke sana.
Rombongan terdiri 15 ibu-ibu berolahraga ke sana. Semua berusia di atas 40 tahun, bahkan ada yang lebih dari 50 tahun. Mereka sengaja tidak mengambil akhir pekan atau hari libur untuk menghindari macet. Obyek wisata itu ditangani pengelola dengan pilihan jarak trekking mulai dari dua km.
Pengunjung mendapat pinjaman tongkat untuk membantu menyusuri jalan makadam. Selain berolahraga, pengunjung juga bebas menghirup oksigen alami. Udara segar luar biasa sembari menyaksikan wanita-wanita dengan terampil memetik pucuk-pucuk daun teh. Paru-paru pun terasa segar luar biasa.
Di tempat itu juga ada tempat foto-foto di sebuah saung dengan pemandangan indah mempesona. Selebihnya saung untuk istirahat atau berteduh pengunjung. Ada ayunan (bandhulan-Jawa) untuk mengabadikan aksinya.
Menyusuri jalanan makadam perkebunan teh sekitar Telaga Saat, Titik Nol Kilometer Kali Ciliwung Puncak Bogor. (istimewa)
Ada juga jembatan gantung. Pengunjung bisa berpose jejer-jejer mengabadikan momen kebersamaan. “Bahkan ada yang menggunakannya sebagai lokasi pengambilan foto pre-wedding,” kata Titisari yang juga ikut trekking.
Foto-foto juga bisa diambil sepanjang lokasi trekking. Fotografer disediakan pengelola siap mengiringi perjalanan rombongan. Selain itu, bagi yang suka kemping, perlu mencoba kegiatan off road.
Usai trekking, di atas hamparan tikar peserta beristirahat disuguhi air mineral, teh hangat dan gorengan. Didukung lokasinya yang nyaman, makanan meski hanya gorengan dan teh hangat terasa lezat.
Menurut petugas foto, saat akhir pekan atau hari libur pengunjung sangat banyak. Selain trekking memang sedang trend, biayanya pun sangat terjangkau. Bea masuk dan lainnya minimal Rp 31.000 per orang, tergantung pilihan jauh dekatnya trekking.
Tentu angka yang tidak mahal untuk ukuran masyarakat umum. Yang mahal adalah ongkos dari rumah sampai lokasi. Selain itu, juga macet. Karenanya sebelum ke sana harus punya informasi, hari apa dan jam berapa seyogianya pergi ke sana. "Meskipun macet kalau pergi berombongan, tetap seruuuuu," kata Titisari lagi. Jadi siapa takut? (*)