Jogja Menjadi Tempat Perekrutan Calon Teroris

Jogja Menjadi Tempat Perekrutan Calon Teroris

KORANBERNAS.ID—Kapolda DIY Irjen Pol Drs H Ahmad Dofiri M.Si menyebut, Yogyakarta bukan lagi sekadar kota transit. Yogyakarta sudah menjadi kota yang dijadikan tempat perekrutan calon-calon teroris. Hal ini perlu menjadi kesadaran semua pihak. Dan selanjutnya meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan, untuk bersama-sama menjaga situasi kehidupan bermasyarakat yang aman, tenteram dan nyaman.

Dalam sambutan yang dibacakan Wakapolda DIY Brigjend Pol Karyoto SIK, Kapolda mengatakan, sebagai Kota pelajar, Kota Wisata, Kota Budaya dan julukan-julukan lainnya, menjadikan Jogja sebagai kota dengan daya tarik kuat bagi pendatang.

“Sejak 2017 hingga Agustus 2019, terjadi 132 kasus kejahatan yang melibatkan 257 orang pelaku. Sebanyak 200 diantaranya, pelakunya adalah pelajar. Dan 57 lainnya melibatkan warga pengangguran,” kata Kapolda saat acara pelantikan Pengurus Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI) Provinsi DIY dan pembukaan Seminar Nasional HUT LCKI ke-14, Senin (9/9/2019).

Sebagai langkah antisipasi, kepolisian kata Kapolda, menjalankan program patroli rutin dan menempatkan personel-personel di sekolah yang dinilai rawan.

Selain kejahatan jalanan, di Jogja juga mulai menonjol kasus-kasus terkait terorisme. Kepolisian telah mengamankan 16 orang erduga teroris bekerjasama dengan Densus 88.

“Soal terorisme ini, tidak terlepas dari radikalisme dan intoleransi. Radikalisme dan terorisme berkembang karena bibit intoleransi,” kata Kapolda yang menyebut pentingnya partisipasi masyarakat dalam pencegahan berkembangnya bibit-bibit radikalisme dan intoleransi.

Gubernur DIY Sri Sultan HB X dalam sambutan yang dibacakan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Agung Supriyono SH mengungkapkan hal senada. Menurut Gubernur, upaya mengantisipasi tindakan-tindakan terorisme bisa dilakukan dengan meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan. Lingkungan tempat tinggal dan bahkan lingkungan keluarga, adalah awal terbaik untuk menyikapi sekaligus mengantisipasi terorisme.

Untuk itu, siskamling, ronda, rapat-rapat atau pertemuan Rt dan sarana-sarana pergaulan informal lainnya, dinilai lebih efektif untuk mengantisipasi terorisme. (*/SM)