Jogja Air Show Ditunda, Melasti Tetap Digelar
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Jogja Air Show (JAS) 2020, perhelatan tahunan hasil kerjasama Dinas Pariwisata, Federasi Aero Sport Indonesia (FASI) DIY dan Lanud Adi Sucipto, yang sedianya akan digelar Jumat (20/3/2020) hingga Minggu (23/3/2020) mendatang di Pantai Depok, Parangtritis dan Bukit Watu Gupit Gunungkidul, ahirnya ditunda akibat wabah Corona. Sementara untuk upacara Melasti sebagai rangkaian dari Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1942 /2020 pada Minggu (22/3/2020) tetap dilaksanakan mulai pukul 2.00 WIB.
Sekretaris Dinas Pariwisata Bantul, Annihayah M.Eng, didampingi panitia Melasti, menginformasikan hal itu saat jumpa pers di Kompleks Perkantoran Pemkad II Manding, Selasa (17/3/2020).
“Kami sudah mendapatkan surat dari panitia JAS, dan memang perhelatan ini ditunda,” katanya. Hal itu tertuang dalam surat nomor SE/67/3/2020/JAS tertanggal 13 Maret 2020 sebagai bentuk antisipasi meluasnya virus Corona.
Ketua panitia Melasti, AKBP Purn I Nengah Lotama S.Ag, didampingi Nyoman Redane, mengatakan Melasti akan diikuti seluruh umat Hindu Yogyakarta. Ini adalah Melasti ke-2. Yang pertama telah digelar 9 Maret lalu di Pantai Ngobaran, Gunungkidul.
Terkait wabah Corona dan himbauan dari pemerintah, maka pelaksanaan Melasti meniadakan acara seremonial dan hanya yang terkait ritual saja. “Tetap dilaksanakan acara Melasti dengan pertimbangan bahwa acara tersebut hanya dilaksanakan di kalangan sendiri, dan dilaksanakan di alam terbuka dengan sirkulasi udara yang bebas serta cahaya matahari yang cukup,” katanya. Dan secara spiritual Melasti dapat membersihkan segala macam sumber penyakit dan memohon perlindungan dari Tuhan.
Melasti diikuti umat Hindu secara pribadi ataupun dari berbagai Pura yang ada di DIY dengan membawa Jempana dari puranya masing-masing serta dilengkapi dengan senjata Nawa Sanga untuk disucikan di laut. Acara berlangsung sekitar 3 hingga 4 jam, dan kemudian kembali ke Pura masing-masing untuk melinggihkan Jempana dan melakukan Pecaruan agar saat Nyepi 25 Maret semua sarana, buana alit, buana agung telah tersucikan.
“Jadi memang ritual saja yang digelar. Kalau seremonial seperti kirab ogoh-ogoh di Malioboro, ditiadakan,” katanya. (eru)