Warga Sukorini Tolak Penambangan Pasir dengan Alat Berat

Warga Sukorini Tolak Penambangan Pasir dengan Alat Berat

KORANBERNAS.ID -- Tak ingin terjadi kerusakan daerah tangkapan air di wilayahnya, warga dari beberapa dukuh di Desa Sukorini, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten, menolak hadirnya aktivitas penambangan galian C menggunakan alat berat (excavator). Penolakan itu diujudkan dalam bentuk pemasangan spanduk di sejumlah lokasi oleh warga dan kelompok tani. Bahkan ada juga yang mengirim surat penolakan kepada camat Manisrenggo.

Informasi yang dihimpun di lapangan menyebutkan rencana adanya aktivitas penambangan galian C di wilayah barat Dukuh Pijenan dan Dukuh Plalangan telah membuat resah warga. Rencana itu muncul ketika ada warga yang ingin menyewakan lahannya untuk digali. Warga ingin menyewakan lahannya karena ada pemilik modal yang butuh material untuk pembangunan jalan tol Jogja-Solo pada tahun 2020.

Suraji, warga Dukuh Brangkali, menjelaskan kehadiran penambang menggunakan alat berat itu hanya akan merusak lingkungan. Sebab tanaman yang butuh air menjadi mati karena tidak ada air.

"Dulu di sekitar sini sebenarnya areal sawah semua. Kemudian ada yang menggali. Setelah tidak ada lagi galian, tanaman di sini pada mati semua. Padahal dulunya di sini lungguh Bayan," katanya di Dukuh Brangkali, Kamis (28/11/2019).

Suraji yang juga anggota kelompok tani Ngudi Makmur Dukuh Gampar Desa Sukorini tersebut menambahkan, seperti halnya yang dialami tanaman yang mati kekeringan akibat tidak ada air, para petani juga tidak ingin merasakan sulitnya akibat tidak bisa menanami kebunnya. Semuanya itu hanya dikarenakan tidak ada air akibat aktivitas penambangan beberapa tahun lalu.

Senada dikemukakan Hadi Suparto, Ketua Kelompok Tani Kehutanan Ngudi Rahayu Desa Sukorini. Menurut warga Dukuh Pijenan itu secara pribadi dirinya menolak jika ada aktivitas penambangan galian C, sekalipun itu di lahan miliknya.

Sebab, kata Hadi, dampaknya tidak hanya dirasakan saat ini tapi juga jangka panjang. "Dulu wilayah sini sawah semua. Irigasi bagus dan saya ikut garap. Tapi sekarang sudah tidak ada air sama sekali karena ditambang," ujarnya.

Penolakan juga terjadi di Dukuh Plalangan RW 13. Di wilayah itu warga sepakat menolak adanya penambangan menggunakan alat berat oleh pihak manapun.

Di tempat terpisah, Kepala Desa Sukorini, Siswanto, mengatakan dirinya bisa memaklumi adanya warga yang bersikap pro-kontra terkait rencana penambangan galian C di desanya. Namun selaku aparatur pemerintah, pihaknya berdiri di tengah-tengah tanpa memihak salah satu.

"Saya tidak memihak salah satu. Saya ada ditengah-tengah warga. Toh saya juga tidak punya wewenang memberikan ijin," ujarnya. (eru)