Jim Supangkat Ungkap Efek Sadis Fotografi

Jim Supangkat Ungkap Efek Sadis Fotografi

KORANBERNAS.ID – Tidak perlu disangkal, sejak munculnya smartphone fotografi mendominasi pengalaman visual bahkan setiap orang bisa memproduksi foto.

Ternyata, fotografi memiliki efek yang sadis apabila sudah bersentuhan dengan iklan dengan tujuan menjual produk.

Dampak negatif inilah yang menyulut rasa keprihatinan kurator pameran seni rupa Jim Supangkat.

“Foto iklan junk food dengan sasaran anak-anak, mereka dipaksa untuk menyukainya. Berdasarkan penelitian, sekarang junk food dipertanyakan karena membuat obesitas dan mengurangi umur. Memang keuntungannya luar biasa tetapi efeknya merugikan,” ujar Jim Supangkat, kurator pameran seni rupa.

Kepada wartawan di sela-sela Pameran Seni Fotografi Abad Fotografi IV-Momentum, Kamis (12/9/2019), di Jogja Gallery Jalan Pekapalan No 7 Alun alun Utara Keraton Yogyakarta, dia mencontohkan foto hamburger yang tampilannya sangat bagus secara sadar mempengaruhi anak-anak.

“Anak-anak itu suka sekali junk food. Itu kan direkayasa. Produsen junk food mendapat keuntungan besar. Dia bayar pajak tetapi bagaimana anak-anak yang mengalami obesitas ini,” ujarnya.

Dia berpendaat, fotografi memang memiliki daya kuasa. Dirinya tidak mempersoalkan foto-foto iklan yang rata-rata bagus, tetapi unsur rekayasa itulah yang menciptakan persepsi sehingga orang membeli.

Baginya, foto-foto dominan yang diproduksi dunia periklanan terkesan menjauhi seni. “Sesuatu yang sangat berpengaruh dan berkuasa biasanya punya dampak negatif,” tambahnya.

Melalui pameran kali ini para perupa fotografi merasa perlu mengambil sikap. Satu-satunya cara mengindar adalah dengan mendekonstruksi bahasa fotografi kemudian mengembalikan fotografi ke tujuan yang positif.

Seperti diketahui, fotografi merupakan awal atau rintisan lahirnya seni rupa kontemporer.

Jim Supangkat sepakat, melalui pameran yang dibuka oleh Wakil Gubernur DIY Paku Alam X itu sedapat mungkin para seniman mencoba membebaskan diri dari efek buruk dominasi karya foto industri dan iklan yang dinilai merugikan masyarakat.

“Tidak lagi dengan cara konvensional tetapi radikal dan progresif, bahasa fotografi yang selama ini mendominasi, pada pameran ini diodhal-adhul,” ucap dia. (sol)