Jembatan yang Hancur Akibat Badai Cempaka 2018, Kini Hampir Rampung Dibangun

Jembatan yang Hancur Akibat Badai Cempaka 2018, Kini Hampir Rampung Dibangun

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Deputi Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Ir Rifai, bersama Bupati Bantul, Drs H Suharsono, dan rombongan meninjau pembangunan jembatan yang dibiayai BNPB, Selasa (7/7/2020) sore.

Proyek yang ditinjau adalah adalah jembatan Kedungjati, Desa Sriharjo, Imogiri dan jembatan Kiringan, Jetis. Selain itu BNPB juga membangun jembatan di Gayam, Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret dan jembatan Benyo, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan.

“Saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak BNPB yang sudah membantu pembangunan jembatan di Bantul yang rusak akibat badai cempaka tahun 2018 silam. Kerja harus cepat dan awal September pembangunan harus selesai,”kata Bupati.

Nantinya jembatan ini  bisa memudahkan akses transportasi dan meningkatkan ekonomi masyarakat sertai menjadi destinasi wisata  baru.

“Kalau sudah jadi, bisa buat bersepeda karena jembatannya dibuat bagus dan halus sehingga enak dilalui. Nah nanti masyarakat yang ada di sekitar jembatan, silahkan bisa berjualan minuman, makanan ataupun jualan oleh-oleh dan lainya,” katanya.

Sementara Rifai mengatakan, yang dibangun itu adalah jembatan yang rusak akibat bencana siklon cempaka 2018. “Alhamdulillah, saya sudah melihat langsung. Dan saya sangat puas dengan pengerjaan yang dilakukan,” katanya.

Pembangunan jembatan diharapkan akan meningkatkan perekonomian masyarakat. Apalagi pembangunan juga ada di destinasi wisata baru di Kabupaten Bantul. 

 “Nanti keberadaan jembatan  bisa mendukung pengembangan wisata yang ada di Bantul,” katanya.

Dari hasil monitoring, Rifai melihat standarisasi pembangunan sangat baik.

“Adanya pandemi Covid-19 tidak menghambat pelaksanaan pembangunan jembatan sesuai target waktu. Kementerian juga telah mengeluarkan surat pada bulan akhir Maret bahwa seluruh Indonesia, Covid-19 merupakan bagian mekanisme kerja. Sudah ada surat dari Menteri PUPR Nomor 4 tentang protokol kesehatan untuk penyelenggaraan konstruksi,” paparnya.

Jadi, dalam pengerjaan harus mematuhi protokol kesehatan seperti memakai APD, sering cuci tangan pakai sabun dan juga ada klinik atau medis yang siaga.  

Sedangkan Kepala BPBD Bantul, Dwi Daryanto, mengatakan untuk jembatan Kedungjati awalnya adalah jembatan gantung kecil penghubung Desa Sriharjo dengan Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri. Nantinya jembatan akan diperluas agar mobil bisa simpangan. “Lebar jembatan 5,5 meter dan panjang 80 meter,” kata Dwi.

Karena wilayah ini sedang pengembangan wisata alam, maka jembatan akan dibagi dua yakni 50 meter dan 30 meter. Untuk  yang 30 meter diarahkan ke tempat yang tidak terdampak banjir.

Pembangunan jembatan yang dibiayai BNPB di Bantul menghabiskan anggaran hampir Rp 65 miliar dan ditarget selesai September 2020. “Untuk jembatan yang dibangun, kontruksinya lebih kuat dari ancaman banjir ataupun longsor. Kita mengggunakan tiang pacang sampai tembus tanah paling keras dengan kedalaman sekitar 20-an meter. Ketinggian jembatan dari air adalah 10 meter hingga 11 meter. Jika banjir masih ada space 1 meter hingga 2 meter jadi aman,” paparnya. (eru)