Jejak Fotografi Keraton Yogyakarta dalam Karya Kassian Chepas

Jejak Fotografi Keraton Yogyakarta dalam Karya Kassian Chepas

KORANBERNAS ID YOGYAKARTA -- Yogyakarta merupakan kota yang memiliki dinamika menarik. Sebuah kota keraton Jawa di pedalaman yang diawasi pemerintah kolonial. Dinamikanya bertumpu atas dua kepentingan, yaitu kekuatan tradisional keraton dan kekuatan kolonial yang mewakili modern ala Barat.

Namun, pengaruh kolonial tak begitu saja melunturkan spirit nilai-nilai budaya Jawa yang ada di Keraton dan kehidupan masyarakat Yogyakarta. Maka dari itu, Wajib Kunjung Museum Ketiga pada 2021 Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta mengangkat tema Jejak Fotografi Kraton Jogja.

Dokumentasi Keraton yang ditampilkan di Youtube  @dinaskebudayaankotayogyakarta sejak 11 Desember 2021 ini menampilkan karya Kassian Chepas.  Fotografer ini  merekam setiap sudut kota Jogja khususnya Keraton Yogyakarta.

"Potret dinamika Jogja pada masa lalu terekam rapi dalam karya seniman pribumi yaitu Chepas, ini yang coba kami tampilkan dalam program  Wajib Kunjung Museum Ketiga tahun 2021," ungkap Yetti Martanti, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Jumat (31/12/2021).

Menurut Yetti, seni fotografi menjadi sangat penting untuk melihat peristiwa, sejarah serta kenangan dan merefleksikan diri pada masa sekarang. Termasuk sejarah Keraton Yogyakarta yang didokumentasikan oleh seniman Chepas. “Lewat koleksi foto kita akan diajak menelusuri dinamika Keraton Kota Yogyakarta dari masa ke masa,” ungkapnya.

Chepas merupakan fotografer profesional pertama dari Indonesia dan magang di bawah bimbingan Hamengku Buwono VI (bertahta 1855–1877) memiliki dokumentasi luar biasa tentang Keraton Yogyakarta.

Sebagai fotografer Kesultanan pada awal 1871, dia memulai bekerja sebagai fotografer potret keluarga Kesultanan dan mengabadikan banyak momen bersejarah. Chepas juga dikenal bukan hanya Kassian Chepas tetapi ada putra dari Kassian Chepas yang bernama Sem Chepas.

Peneliti sekaligus Pembantu Dekan Fakultas Seni Media Rekam (FSMR) Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Edial Rusli, mengungkapkan pada awalnya dokumentasi Keraton Yogyakarta berupa gambar yang dilukis orang-orang luar negeri. Gambar yang dibuat sebagai komunikasi dan arsip serta media untuk menjelaskan situasi pada suatu masa.

Seiring munculnya fotografi, Cephas mengabadikan peristiwa melalui jepretan fotonya. Berawal dari fotografer Kerajaan Belanda yang bertugas memotret kerajaan di Jawa, termasuk Kasultanan Yogyakarta. "Awal kariernya dari situ yang kemudian Chepas dipercaya sebagai fotografer dan dipercaya sebagai dokumentri juga," ujarnya.

RW Purwaguritna selaku Pengambil Gambar Keraton Yogyakarta menambahkan, Cephas yang dekat dengan Sri Sultan dan keluarga banyak memotret keseharian mereka. Mulai dari kegiatan keraton hingga upacara adat.

"Di keraton masih terdapat foto-foto Cephas yang belum terdigitalisasi atau terpindai ulang," ujarnya. (adv)