Jamu Tradisional Tidak Boleh Sedikit pun Dicampur Bahan Kimia Obat
Jamu atau obat tradisional sifatnya mengobati secara alamiah dan reaksinya pelan-pelan.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Pengawas Farmasi dan Makanan Ahli Madya Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Yogyakarta, Etty Rusmawati, menegaskan produk-produk jamu tradisional tidak boleh sedikit pun mengandung bahan kima obat.
“Fungsi jamu adalah mengobati secara pelan-pelan. Kalau Bapak Ibu ngunjuk jamu pasti pasti tidak langsung sak nalika penyakitnya hilang. Pasti pelan-pelan, mungkin seminggu baru hilang,” ujarnya saat menjadi narasumber Komunikasi, Informasi dan Edukasi Obat dan Makanan, Sabtu (6/7/2024), di Pondok Pesantren (Ponpes) Assalam, Kerisan Banyurejo Tempel Sleman.
Bersama tokoh masyarakat yang juga Anggota Komisi IX DPR RI H Sukamto SH, lebih jauh Etty mengupas kenapa jamu tradisional tidak boleh dicampur bahan kimia obat. Ini karena jamu berbeda dengan obat kimia.
Menurut dia, jamu atau obat tradisional sifatnya mengobati secara alamiah dan reaksinya pelan-pelan sedangkan obat kimia reaksinya cepat disertai dengan dosis dan aturan pakai.
“Kalau Bapak Ibu tumbas obat tradisional di warung ketika diminum kok efeknya seketika menyembuhkan, itu pasti mengandung bahan kimia,” jelasnya.
Etty Rusmawati menyampaikan materi sosialisasi. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Persoalannya adalah, lanjut dia, di pasaran masih beredar produk jamu tradisional dicampur bahan kimia obat atau BKO. Ini sangat berbahaya bagi kesehatan.
Seraya menunjukkan contoh-contoh produk jamu tradisional berbahaya di antaranya obat sakit gigi dan obat saraf kecethit, Etty lantas berpesan untuk berhati-hati.
Prinsip kehati-hatian juga disarankan kepada orang tua terutama mereka yang memiliki anak-anak usia remaja. Ini karena BBPOM di Yogyakarta pernah menerima laporan adanya penyalahgunaan obat-obatan tertentu oleh kalangan anak-anak muda.
Rata-rata obat batuk dan obat pilek. Obat tersebut, kata Etty, seharusnya diminum seuai aturan satu sendok tiga kali sehari namun ternyata diminum langsung habis setengah botol. Atau, seharusnya satu butir namun langsung ditelan puluhan butir.
Hati-hati
“Efeknya apa? Seperti narkotika. Euforia. Jadi, rasanya senang terus dan melayang-layang. Hati-hati kalau Bapak Ibu punya anak menjelang remaja. Penyalahgunaan obat-obatan risikonya sangat tinggi dan berakibat fatal menuju kematian,” ingatnya.
Di hadapan ratusan peserta terdiri para santri dan masyarakat, tokoh masyarakat, pengasuh Ponpes Assalam serta kader kesehatan ibu dan anak maupun kader lansia, Sukamto merasa senang bisa menyelenggarakan sosialisasi dan edukasi bersama Badan POM di pondok pesantren.
Merespons penjelasan dari BBPOM DIY, anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini berpesan kepada kaum ibu jangan tergiur dengan produk makanan dijual murah namun ternyata masa kedaluwarsanya tinggal sehari.
“Di dekat rumah saya ada toko bakpia, kalau beli di luar Rp 10 ribu dapat tiga tapi kalau di dalam dapat satu (kotak). Ini karena usia makan makanan itu tinggal satu hari,” ungkapnya saat menyampaikan pengarahan sekaligus memandu jalannya dialog. Artinya, produk makanan itu tersebut harus dihabiskan hari itu juga.
Obat kuat
Sedangkan kepada kaum pria, Sukamto berpesan untuk menghindari penggunaan obat kuat. “Katanya ngombe sepisan bisa tiga jam di udara. Jangan kepencut itu. Eman-eman jantung dan ginjal. Banyak kita dengar ada yang meninggal di hotel, setelah diperiksa karena minum obat seperti itu,” ungkapnya.
Melalui kegiatan kali ini Sukamto berharap para peserta termasuk Babinsa serta Bhabinkamtibmas yang diundang hadir bisa meneruskan informasi yang diperoleh untuk disampaikan kepada masyarakat. “Ibaratnya pelatihan pelatih atau ToT (Training of Trainer),” kata Sukamto. (*)