Jalan Kaki Tabrak-tubruk Pertanda Terkena Glaukoma

Jalan Kaki Tabrak-tubruk Pertanda Terkena Glaukoma

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Glaukoma merupakan kelompok penyakit saraf mata yang kronis dan progresif yang disebabkan peningkatan tekanan bola mata sebagai salah satu faktor risiko utamanya.

Ada banyak pertanda seseorang terkena glaukoma. Apabila gejala-gejala awal diabaikan tidak segera diobati maka yang bersangkutan bisa kehilangan lapang pandang sehingga saat berjalan kaki sering tabrak-tubruk.

“Pasien tetap bisa melihat tetapi lapang pandangnya sempit. Hilang pelan-pelan. Mlaku nabrak-nabrak,” ungkap dr Eny Tjahjani Permatasari Sp M M Kes,  Direktur Utama Rumah Sakit Mata “Dr Yap” Yogyakarta.

Pada konferensi pers, Selasa (3/3/2020) di rumah sakit setempat sehubungan digelarnya Word Glaucoma Week (WGW) 2020, dia menjelaskan glaukoma dapat diklasifikasikan menjadi glaukoma primer dan sekunder.

“Glaukoma pada umumnya tidak memiliki gejala yang jelas. Jika tidak segera ditangani, glaukoma menyebabkan penurunan penglihatan irreversible menuju kebutaan. Glaukoma bisa menyerang siapa saja pada segala umur,” ujarnya didampingi dr Erin Arsianti Sp M M Sc MPH (Direktur Pelayanan dan Pendidikan), dr Ganjar Sulaksmono serta dokter Anggun Desi Wulandari.

Menurut dokter Eny, saat gejala awal penderita glaukoma harus rutin pengobatan dan kontrol ke rumah sakit. Persoalannya, sering terjadi pasien bosan dan melupakan pengobatan. Mereka baru bingung saat mengalami kehilangan lapang pandang.

Dokter Erin menambahkan, pada dekade terakhir prevalensi glaukoma meningkat cepat seiring pertumbuhan populasi penduduk dan pertambahan usia. Berdasarkan data International Agency for the Prevention of Blindness (IAPB) pada 2010 jumlah penderita glaukoma mencapai 60,6 juta individu.

Diperkirakan pada 2020 secara global kejadiaan glaukoma mencapai angka 76 juta dan pada 2040 meningkat menjadi 111,8 juta. Sebanyak 2,78 persen gangguan penglihatan di dunia disebabkan oleh glaukoma. “Dalam kasus kebutaan, glaukoma menjadi penyebab kedua terbesar setelah katarak,” kata dia.

Asia Tenggara menduduki posisi ketiga sebagai jumlah penderita glaukoma terbanyak berdasarkan regional benua tahun 2015 mencapai 552.556 individu.

Sedangkan di Indonesia, berdasarkan Riskesdas tahun 2017,  jumlah kasus baru glaukoma pada pasien rawat jalan rumah sakit di Indonesia adalah 80.548 kasus. Besarnya angka kejadian penyakit Glaukoma menjadi dasar pentingnya dilakukan deteksi dini.

Dokter Erin menyatakan, sebagian besar pasien yang datang ke RS Dr Yap sudah dalam keadaan lanjut. Hal ini terjadi karena pasien tidak merasa dirinya terkena glaukoma. “Pasien Datang ke sini sudah mengeluh penglihatannya kabur,” tambahnya.

Sayang sekali, kata dia, pengobatan pasien glaukoma tingkat lanjut hanya unbtuk mempertahankan penghilatan supaya tidak memburuk. Inilah pentingnya deteksi dini.

“Pasien masih mengasumsikan katarak, begitu datang kaget ternyata glaukoma. Saatnya kita harus peduli, glaukoma semakin dini terdeteksi maka risikonya semakin kecil,” kata dia.

Dokter Anggun berharap masyarakat lebih peduli dengan cara melakukan deteksi dini. “Hasil skrining glaukoma akan kami dampingi. Harapannya melalui acara ini lebih banyak lagi yang care,” kata dia.

Dokter Ganjar Sulaksmono selaku ketua panitia menjelaskan, acara puncak WGW 2020 diselenggarakan Minggu 8 Maret 2020 di Rumah Sakit Mata "Dr.YAP" Yogyakarta. Sasaran kegiatan ini adalah Kader Kesehatan, Paguyuban Glaukoma Yogyakarta dan masyarakat umum di sekitar rumah sakit.

Bekerja sama dengan Perdami, puncak acara WGW 2020 juga diisi kegiatan Fun Walk dilanjutkan Deklarasi Prevent Glaucoma, Save Your Sight), Talk Show tentang Glaukoma dan Sosialisasi Bank Mata Yogyakarta maupun pemeriksaan mata gratis dengan dokter spesialis mata.

Di lokasi acara terdapat stan edukasi kesehatan, stan farmasi, gizi dan pemeriksaan GDS, layanan RS, simulasi gangguan penglihatan serta stan Bank Mata.

World Glaucoma Week atau Pekan Glaukoma Sedunia merupakan sebuah aksi kampanye kesehatan yang diselenggarakan selama sepekan setiap tahunnya oleh negara-negara di seluruh dunia.

Adapun tujuannya untuk meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat maupun stakeholder tentang pentingnya upaya preventif, kuratif hingga rehabilitatif penyakit glaukoma. Tema WGW tahun 2020 adalah Green -- Go get your eyes tested for glaucoma. (sol)