Bagas Berkomunikasi Hanya dengan Cara Menangis

Bagas Berkomunikasi Hanya dengan Cara Menangis

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Tubuhnya nampak lemah,kakinya kecil dan bagian kepalanya gepeng, peyang dan besar dari ukuran normal. Ada jalur selang di kepala Bagas Budi Nugroho (8 tahun), anak ketiga pasangan Dasiman dan Ny Samsidah warga Pringgan RT 07, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon Bantul.

Mulut kecilnya hanya bergerak-gerak tanpa mengeluarkan suara. Pun matanya nampak bergerak melihat orang-orang yang mendekati. Nampak kosong.

Saat Wakil Bupati Bantul H Abdul Halim Muslih menyambangi,Selasa (3/3/2020) siang, Bagas yang digendong ibunya hanya menggerakan bola matanya tanpa berkata-kata saat diusap kepalanya.

“Ini adalah amanah dari Allah yang harus dijaga. Bapak dan ibu harus sabar,” kata Wabup yang datang dengan didampingi tim Baznas, Dinas Sosial dan Muspika Sewon.

Kedatangan Abdul Halim selain untuk menengok, juga memberikan bantuan sembako. Bersama Baznas, nantinya akan membangun sumur dan MCK karena memang saat ini kondisinya sangat tidak layak.

Wabup juga mengecek hak keluarga tidak mampu ini. Diketahui jika mereka sudah punya kartu sehat, Program Keluarga Harapan (PKH), Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Kartu Indonesia Pintar (KIP) maupun Kartu Indonesia Sehat (KIS).

Semua sudah didapat oleh keluarga Dasiman, yang sehari-hari kerja serabutan tersebut. Ada kalanya ia mencangkul di sawah, kadang memperbaiki barang elektronik dan pekerjaan lain yang diorder oleh tetangganya.

Samsidah mengaku, selama hamil dirinya sering memeriksaan kehamilan. Begitupun hingga dirinya melahirkan 8 tahun silam di Puskesmas Sewon tidak ada yang aneh.

“Barulah setelah usia anak 2 minggu kepala terlihat terus membesar tidak wajar,” katanya.

Setelah dibawa berobat, diketahui jika anaknya menderita Hydrocepalus. Operasi dilakukan untuk menyedot cairan dari kepala sang anak. Terapi juga dilakukan seminggu 2 kali di RSUD Panembahan Senopati Bantul.

Namun hingga kini Bagas belum bisa berjalan dan keseharian hanya tidur. Jika lapar, haus atau buang air, Bagas hanya bisa menangis.

“Kalau ada apa-apa, dia menangis karena tidak bisa bicara. Begitupun, dia belum bisa berjalan sehingga selalu saya gendong. Namun, kami tidak putus harapan. Tetap membawa dia terapi secara rutin ke RS,” kata Ny Samsidah sambil menggendong anaknya yang terlihat kecil untuk ukuran anak seusianya.

Karena harus mengurus anaknya, maka Samsidah tidak bisa bekerja atau jauh dari rumah yang dibangun dari hasil bantuan tersebut.

“Saya tidak bisa jauh dari anak saya. Karena segala kebutuhan sayalah yang mengurusi,” katanya. (SM)