Inovasi Madukismo dari Industri Spiritus hingga Pupuk Hayati
Madukismo bermitra dengan PT Madu Baru mengembangkan pupuk hayati cair majemuk, Pucamadu.
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Pabrik Gula dan Pabrik Spiritus (PGPS) Madukismo muncul sebagai pioner pemanfaatan limbah industri, mengubah tetes tebu menjadi produk bernilai tinggi. Inovasi ini menjadi sorotan di tengah upaya nasional untuk mengurangi limbah dan meningkatkan nilai tambah produk industri.
Kepala Unit Alkohol & Pupuk PT Madu Baru, Iwantara, mengungkapkan strategi inovatif perusahaan dalam menghadapi tantangan industri dan menciptakan peluang baru.
"Tetes tebu memiliki potensi besar sebagai bahan baku produksi spiritus. Selain mengurangi limbah, juga menghasilkan produk yang bermanfaat bagi industri lain," ujarnya kepada wartawan, Kamis (11/7/2024).
Proses produksi yang ketat menjadi kunci keberhasilan Madukismo. Dengan metode terukur perusahaan ini mampu menghasilkan spiritus berkualitas tinggi dengan kadar alkohol 96 persen.
Produk spiritus Madukismo kini banyak digunakan di berbagai sektor, termasuk industri farmasi, kosmetik dan antiseptik. Hal ini menunjukkan potensi besar dari pemanfaatan limbah industri secara optimal.
Ramah lingkungan
Madukismo tidak berhenti di situ. Perusahaan ini terus berinovasi dengan mengembangkan produk baru seperti biotanol 99 persen, yang berpotensi menjadi alternatif bahan bakar ramah lingkungan.
Lebih jauh lagi, Madukismo juga bermitra dengan PT Madu Baru untuk mengembangkan pupuk hayati cair majemuk dengan jenama Pucamadu. Inovasi ini memanfaatkan limbah produksi alkohol, mewujudkan konsep zero waste dalam industri.
Sigit Agus Imawan selaku Direktur Utama yang memimpin kemitraan ini menjelaskan keunggulan produk Pucamadu tersebut.
"Kami memproduksi pupuk hayati cair yang memperkenalkan aspek biologi kepada petani. Pupuk hayati ini tidak menggantikan pupuk kimia, melainkan mensubstitusi penggunaannya," jelasnya.
Dengan adanya pupuk hayati, penggunaan pupuk kimia bisa dikurangi, sehingga mengurangi beban subsidi pemerintah.
Lahan marginal
Hasil uji coba menunjukkan peningkatan produktivitas yang signifikan, terutama di lahan marginal. "Dari 2,5 ton GKP per hektar padi sawah, setelah tiga kali panen, sekarang kita sudah mencapai 7,5 ton, dengan penggunaan pupuk kimia yang dikurangi 50 persen," ungkapnya.
Keberhasilan itu tidak lepas dari komitmen Madukismo dalam memberikan edukasi kepada petani. Perusahaan telah melakukan bimbingan teknis di beberapa kabupaten, termasuk Berau, Lahat dan Bandung barat.
Meski demikian, tantangan masih ada terutama dalam hal distribusi dan edukasi yang lebih luas. Madukismo berharap ada dukungan lebih besar dari pemerintah.
Pupuk hayati Madukismo dijual dengan harga yang terjangkau. Harga e-katalog ditetapkan Rp 72.500 per liter, sementara harga retail Rp 80.000 per liter.
Pupuk hayati
Proses produksi pupuk hayati Madukismo menerapkan prinsip zero waste. Limbah dari proses destilasi alkohol, yaitu vinase, digunakan sebagai media untuk bakteri dalam pupuk hayati.
Inovasi Madukismo tidak hanya memberikan solusi untuk pengelolaan limbah, tetapi juga membuka peluang baru dalam industri pertanian Indonesia.
Dengan pendekatan zero waste dan fokus pada keberlanjutan, Madukismo menetapkan standar baru dalam industri spiritus dan pupuk hayati di Indonesia.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Madukismo tetap optimis akan masa depan industri ini. "Kami berharap dapat terus berinovasi dan menjadi pemimpin dalam industri ini, memberikan solusi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," tandasnya. (*)