Ini Bedanya Rias Pengantin Putri Gaya Solo dan Jogja

Ini Bedanya Rias Pengantin Putri Gaya Solo dan Jogja

KORANBERNAS.ID – Profesi rias pengantin tak hanya membutuhkan keterampilan tetapi juga pengetahuan seputar rias gaya pengantin gaya Solo dan Jogja.

“Tata rias pengantin Solo putri memiliki gaya dodot, paes, identik dengan warna cokelat,” ungkap Suwarti SE, Selasa (19/11/2019), saat menghadiri Pelatihan Lanjutan dan Evaluasi Tata Rias Pengantin Dasar Gaya Solo Putri.

Pelatihan kali ini berlangsung di Kantor Dinas Sosial, Pengendalian Penduduk, Keluarga Besar, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kabupaten Purworejo.

Di hadapan peserta, Suwarti yang juga Kepala Seksi Penanggung Jawab Program Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan dan Anak itu menjelaskan ciri khas lainnya.

“Gaya Solo pleret-nya kuning atau putih tersembunyi, berbeda dengan khas Yogyakarta, pleret harus berada di luar dan terlihat,” terangnya.

Menurut dia, tujuan pelatihan itu untuk meningkatkan keterampilan perempuan supaya mereka bukan lagi sebatas kanca wingking di rumah tangga tetapi mampu aktif dan berdaya agar bisa menambah penghasilan keluarga.

Setelah mahir tata rias pengantin, otomatis mereka bisa mewujudkan pengingkatan ekonomi keluarga. Dengan demikian kualitas hidup perempuan menjadi lebih baik.

"Peserta yang mengikuti latihan ada 30 orang terdiri para pelaku UMKM dan pemilik usaha jasa salon," kata Suwarti.

Selain itu, ada juga beberapa perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) mengikuti pelatihan.

“Peserta ingin betul-betul memanfaatkan hasil pelatihan untuk bekal menekuni jasa rias dasar pengantin Solo putri,” tambahnya.

Kepala Seksi Pemenuhan Hak Anak, Dinas Sosial dan Perlindungan Perempuan Anak (PPA), Martono, berpesan peserta agar selalu memperhatikan anaknya.

"Jangan sampai setelah ibu-ibu belajar rias dan job-nya banyak, justru melupakan anak," pesan dia.

Perempuan tetap harus  memperhatikan keluarga terutama anak. Seorang ibu jangan sampai  menelantarkan anak.

"Ibu harus memberikan perlindungan terhadap aspirasi anak," pesannya.

Sedangkan Kepala Seksi Perlindungan Perempuan dan Anak, Sri Andriani, mengingatkan bahaya sosial media, gadget dan pornografi.

"Sesibuk apapun ibu bekerja, tolong selalu awasi anak, jangan main handphone sembarangan," ucap Sri.

Ibu juga harus mampu membuat komitmen jam belajar, agar ibu dan anak sama-sama belajar tanpa handphone.

"Ingat walaupun sudah diblok tetapi tetap saja pornografi berseliweran, ini sangat bahaya," ujarnya mengingatkan. (sol)