Ikhlas Urusi Anak Yatim Dijamin Tak Ada Jalan Buntu
KORANBERNAS.ID, DEPOK -- Wajah anak-anak itu tampak berbinar. Mereka Duduk di lantai menatap aneka makanan yang dikeluarkan dari boks. Ada menu ayam goreng cepat saji, donat, lemper dan tahu goreng. Ada juga nasi padang sebagai pilihan.
Suasana itu, terekam Selasa (4/5/2021) petang menjelang berbuka puasa hari ke-22 Ramadan di Asrama Anak Yatim Piatu dan Dhuafa Kafilatul Rosul Jalan Kartini Raya 63 Pancoran Mas Sukmajaya Depok Jabar. Mereka berharap akan makan lebih enak, dibanding makanan yang disediakan panti. Kebetulan ada keluarga yang berbagi kegembiraan dengan anak-anak penghuni panti. Kali ini keluarga Wuryono yang membawa anak tunggalnya, S Harmy, sebagai media belajar untuk berbagi dan mengasah jiwa sosial.
Dulu sebelum ada pandemi, setiap hari selama Ramadan ada saja keluarga atau perusahaan yang berbagi kegembiraan dengan anak-anak. Bahkan pernah menolak karena jadwalnya penuh.
Menurut H Dedeng Sudarjad SPdI, saat ini ada 35 anak menghuni panti yang dipimpinnya. Hari itu ada empat anak pulang mudik. Hari Rabu (5/5/2021) rencananya pulang bagi mereka yang masih punya orang tua atau sanak saudara di daerah Tangerang, Bogor dan sekitarnya. Angkutan dan persyaratan lain mudik diurus panti. Mereka terdiri dari anak-anak mulai kelas 1 SD sampai SMK. Bukan SMA yang dipilih dengan pertimbangan SMK lebih punya peluang untuk bekerja. Dedeng memang tidak menerima santri terlalu kecil belum usia Sekolah Dasar lantaran akan ribet dan perlu staf khusus untuk mengurusnya.
Masuk ranking
Di asrama yang juga disebut panti tersebut, sekitar 80 persen anak-anak mendapat pelajaran agama. Selebihnya pendidikan umum. "Alhamdulillah ternyata ada saja santri yang mencapai ranking satu di sekolahnya," kata Dedeng kepada Koranbernas.id. Tahun ini di antaranya Azis dan dan Abdul Mukmin.
Para santri sekolah di sekolah umum perlu biaya. Baru saja dia mengeluarkan uang untuk anak-anak agar mereka bisa ujian. Setiap anak butuh Rp 95.000 di tingkat SMP.
Dari mana panti mendapatkan uang?
"Allah SWT Maha Kaya," kata dia optimistis.
Mengurusi anak-anak yatim dengan ikhlas tidak ada jalan buntu meskipun Dedeng mengaku tidak pernah mengajukan proposal minta bantuan. Secara psikologis, meminta bantuan di hati merasa kurang pas. Ternyata rezeki Allah ada saja selain donatur tetap. Tanpa diminta, perseorangan atau lembaga datang untuk membantu.
Sangat bersih
Panti tersebut secara fisik cukup bersih. Lantai putih tetap terjaga bebas dari debu sehingga anak-anak merasa sangat aman duduk di lantai.
Mereka diajarkan berperilaku hidup bersih. Usai acara sebelum salat berjamaah, semua anak terlibat membersihkan tempat. Ada yang menyapu, memunguti sampah tercecer dan ada juga yang segera mengepel lantai. Kerja ini memang sudah dibagi. Ada jadwal secara rolling. Siapa yang punya tugas membersihkan kamar mandi, mencuci piring dan mengepel lantai diatur bergantian. Semua berjalan begitu saja tanpa harus diingatkan. Ini merupakan bagian pendidikan disiplin pada para santri.
Hingga kini panti sudah meluluskan beberapa santri. Ada yang sudah bekerja. Ada juga yang kembali ke panti, ikut mengurus "adik-adiknya". Itu pertanda dia cukup nyaman hidup bersama teman-teman senasib.
Panti ini berdiri tahun 2015. Awalnya 17 santri, lama-lama bertambah, mereka minta bisa dididik di situ. Semuanya gratis. "Setelah menitip, banyak yang tidak pernah berkomunikasi tentang perkembangan pendidikan dan kondisi anaknya. Dengan penuh tanggung jawab H Dedeng dan staf membimbing mereka dengan cinta kasih. Namanya anak-anak dia mengaku ada juga yang sering berkelahi. Tetapi semua segera bisa diselesaikan dan tidak berkepanjangan.
Akan dijual
Pihak panti menempati bangunan di atas tanah 170 m2 itu dengan menyewa puluhan juta rupiah per tahun. Sayangnya bangunan itu akan dijual pemiliknya. Bila untuk panti dilepas Rp 2,1 miliar. Jika untuk kepentingan lain nilai rupiahnya bertambah. Maklum lokasinya di pinggir jalan raya.
Darimana panti dapat uang? H Dedeng dan staf bersandar kepada Allah SWT. Semoga ada jalan, selain bisa memiliki kemampuan membelinya, semoga pula ada tempat bagi anak-anak yatim piatu dan duafa ini diberi tempat pindah. (*)