Humanis dan Persuasif buat Gejayan Memanggil Mulus

Humanis dan Persuasif buat Gejayan Memanggil Mulus

KORANBERNAS.ID -- Gerakan rakyat dalam bentuk aksi unjuk rasa Gejayan Memanggil, Senin (30/9/2019) siang, kembali berlangsung aman dan tertib. Aksi kedua yang juga pusatkan di seputaran Jalan Affandi atau kawasan Gejayan diikuti lebih dari 5.000 peserta aksi yang terdiri dari mahasiswa berbagai perguruan tinggi, aktivis hukum dan HAM serta aktivis lingkungan, pegiat antikorupsi dan juga masyarakat umum.

Wakapolda DIY Brigjen Polisi Karyoto pendekatan persuasif dan humanis menjadi kunci utama kesuksesan pengamanan aksi unjuk rasa. Hal itu juga diterapkan pada aksi yang sama 23 September lalu yang juga berjalan dengan mulus.

“Menyikapi unjuk rasa yang dilakukan para mahasiswa dan pelajar yang dikatakan sebagai Gejayan Memanggil II, tentunya jajaran Polda DIY mempunyai pola yang sama seperti yang lalu yaitu kita tetap mengedepankan humanis dan tetap mementingkan kepentingan masyarakat,” tutur dia.

Karyoto yang memantau langsung hingga sore menuturkan, meski Jalan Affandi atau Gejayan sempat ditutup, namun aparat kepolisian tetap mengupayakan akses jalan bagi publik dengan melakukan rekasaya dan manajemen lalu lintas.

“Di sana-sini ada penutupan dan pengalihan jalan. Ini semata-mata hanya memberikan ruang kepada pengunjuk rasa agar dapat melakukan aksinya dengan damai. Karena kalau terlalu kita batasi dengan jumlah tertentu, kita mengkhawatirkan friksi-friksi dan gesekan sehingga timbul pemicu,” katanya.  

Brigjen Polisi Karyoto menambahkan, polisi selalu bekerja sesuai dengan protap yang telah digariskan, demikian halnya personil TNI yang diperbantukan mendukung kinerja aparat kepolisian selama berlangsungnya demonstrasi.

“Kami memonitor tidak terlalu dekat, dan juga tidak terlalu jauh. Yang paling utama adalah bagaimana melancarkan arus lalu lintas sehingga masyarakat tidak terganggu,” ujar Wakapolda kepada media usai aksi berakhir damai.

Sebab itu, aksi unjuk rasa di Yogyakarta tidak sedikit pun ternodai oleh sikap represif aparat. Wakapolda pun mengapresiasi peserta unjuk rasa yang beraksi dengan tertib.

“Kita tetap mengacu pada arahan pimpinan Polri, kita melakukan pengamanan pada aksi unjuk rasa harus mengedepankan sifat-sifat humanisme. Jadi apapun ceritanya, selama mereka tidak melakukan tindakan yang merusak atau anarkisme, kami akan tetap mengawal mereka,” tandasnya.

Sedikit berbeda dengan aksi Gejayan Memanggil jilid I, aksi yang berlangsung 30 September siang tidak hanya terjadi di seputar kawasan Gejayan. Sejumlah massa aksi juga sempat melakukan long march ke Gedung DPRD DIY dan Kawasan Tugu dan Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Walaupun demikian, Polda DIY tetap mendirikan pusat operasi pengamanan di halaman Auditorium RRI Yogyakarta Jalan Affandi. (ros)