Hikmah Stay at Home, Ibu-ibu Bergairah Memasak

Hikmah Stay at Home, Ibu-ibu Bergairah Memasak

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- "Enaknya dimasak apa, ya besok," tulis seorang ibu.

"Goreng tepung saja dah enak kok," tulis yang lain.

"Atau dibalado juga nglawuhi," yang lain menimpali.

Grup WA (WhatsApp) PKK RW 08 Kelurahan Sorosutan Kecamatan Umbulharjo Kota Yogyakarta, Jumat (3/4/2020) malam sangat ramai. Semua bergairah membahas masakan udang.

Diawali Jumat sore, Gusti, salah seroang anggota grup tersebut membuka lapak. Dia menawarkan udang segar tambak, harganya Rp 40 ribu per kilogram. Tawaran itu langsung disambut ibu-ibu di grup WA.

Tidak perlu waktu lama tercatat 20 ibu yang pesan. Mulai dari 0,5 kg, 1 kg, 2 kg bahkan ada yang 2,5 kg. Karena persediaan terbatas, order langsung dihentikan. Disepakati udang dikirim Sabtu (4/4/2020).

Grup tetap ramai. Hari itu dapur sebagian warga menguarkan aroma masakan udang. Ada yang memasaknya menjadi sop, tekwan dengan sayur dan udang utuh. Atau bakwan yang kemremes dengan udang yang gurih. Hampir semua gambarnya di-upload bahkan bersama resepnya.

Tiga hari sebelumnya, Narsih menawarkan ayam potong. Harganya Rp 25 ribu untuk ayam hidup 2 kg. Jika disembelih terima bersih tinggal masak Rp 30 ribu. Dia membantu memasarkan temannya yang “panen” ayam.

"Soalnya harga jatuh. Banyak peternak menyiapkan stok ribuan ekor dengan harapan bisa dijual pada bulan Ruwah, puasa atau lebaran," kata Ayu, penjual sayur dan aneka kebutuhan dapur keliling kepada koranbernas.id, Minggu (5/4/2020) pagi.

Ternyata harapan itu meleset. Gara-gara virus Corona atau Covid 19 semuanya berbalik. Pasar sepi. Warung dan rumah makan tutup. Hotel-hotel yang biasanya butuh ayam dalam jumlah besar, sepi tamu.

Orang hajatan juga tidak ada karena tidak boleh mengumpulkan banyak orang. Keluarga yang mantu tanpa resepsi maupun hajatan (terter) yang belakangan  di pedesaan cenderung berupa nasi, separuh ayam lengkap dengan sambal dan lalapan sehingga banyak yang membutuhkan lebih dari 1 kuintal ayam, kini tiada lagi. Katering juga sepi. Sepi sekali.

Narsih hanyalah salah satu dari sekian banyak orang yang diuntungkan dengan kebijakan pemerintah agar tinggal di rumah saja. Hanya dalam waktu hitungan jam Narsih mampu menjual ayan 30 ekor.

Grup WA pun ramai membahas cara mengolah ayam. Ibu-ibu mengunggah hasil olahannya. Ada ibu yang menanyakan bumbu brongkos. Yang lain dengan sukarela membantunya.

Memang, chatting-nya kadang-kadang tidak serius. Ada ibu menulis masakannya sudah siap yang lain berteriak: Itu hoax. Yang lain menambahkan, pasti tidak enak

Guyon seperti itu membuat suasana jadi cair. Untuk menghilangkan kejenuhan, banyak ibu mengunggah kreativitas masakannya plus gambar.

"Daripada tidur, memanfaatkan bahan yang ada di rumah bisa jadi brownies," tulis Endang, Ketua PKK RT 27 sembari menampilkan brownies warna cokelat. Demikian pula Hetty membuat kue-kue untuk keluarga.

Bakpao ubi ungu buatan Sri Mulyani. (istimewa)

Awalnya galau

Anjuran untuk stay at home (SaH)  dan work from home (WfH) untuk memutus penyebaran Covid-19 awalnya disambut galau oleh sebagian warga masyarakat. Masalahnya berkait dengan kejenuhan yang akan dialami. Tetap berdiam diri di rumah apalagi dalam kurun waktu lama bukan sesuatu yang mudah.

Kenyataannya tinggal bagaimana seseorang menyikapinya. Bagi yang kreatif memanfaatkan waktu, pasti beda dengan orang yang tidak kreatif.

Selain bisa membantu pemerintah dalam usaha memutus mata rantai penyebaran Covid-19, kehangatan keluarga banyak dirasakan. Terutama bagi keluarga yang sibuk sehingga kebersamaan menjadi sesuatu yang mahal.

Ternyata situasi ini mampu membangkitkan jiwa bisnis kecil-kecilan. Dimulai dari grup WA di lingkungannya, ternyata besar sekali respons masyarakat yang memilih tidak ke pasar untuk berbelanja.

Beberapa ibu membuka lapak menawarkan dagangan mulai dari bumbu dapur, makanan frozen siap goreng, buah apokat, jeruk nipis.

Mumung, Ketua PKK RT 28 mengusung berbagai makanan yang dijual anaknya di daerah seputar kampus. Sedangkan Erly menawarkan bakso ayam Rp 22 ribu per 50 biji. Irma menampilkan intip goreng. Nur Munawar menyediakan aneka lauk di siang hari.

Lain lagi, Zul Sabda dari grup Pengajian An Nissa menawarkan sambal kering kentang serta kering tempe peoduksi sendiri. Semua mendapat respons.

Ketua TP PKK RW 08 Sri Mulyani yang harus WfH banyak memanfaatkan waktunya untuk keluarga sambil menyelesaikan pekerjaan kantor di rumah. Bahkan suaminya, RM Santosa Irianto, ketua RW setempat Minggu (5/4/2020) turun ke dapur memasak bakso.

"Wah, sueger...," tulis seorang warga mengomentari bakso kimplah-kimplah yang fotonya diunggah di grup.

Bukan hanya di grup ini, Wiwin, pegiat pertanian perkotaan di Bausasran juga menawarkan aneka produk olahan ikan dan hasil pertanian. Sedagkan Addy, Ketua Ikatan Penulis KB (IPKB) Jawa Tengah berhasil menulis 19 artikel.

Sri Mulyani merasa gembira dengan dinamika kehidupan dalam suasana keprihatinan nasional ini. Untuk menghilangkan kejenuhan, ada yang berinisiatif mengunggah  kuis menyangkut nama-nama wayang, bumbu dapur atau nama-nama kampung yang dibolak-balik hurufnya. Ternyata menarik minat juga, ibu-ibu berlomba menebaknya.

Siapa tahu, salah satu hikmah dari peristiwa ini di antaranya membangkitkan ekonomi kerakyatan serta mempertemukan langsung konsumen dan produsen.

Seperti diketahui, dalam jaringan panjang perdagangan berantai, kelompok pedagang perantara yang mendapat keuntungan paling banyak, sementara petani dan produsen justru menerima bagian margin paling kecil. (sol)