Hati-hati, Manipulasi Hati Bisa Jadi Kekerasan Seksual

Hati-hati, Manipulasi Hati Bisa Jadi Kekerasan Seksual

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Manipulasi bisa terjadi dalam banyak cara. Salah satunya dalam suatu relasi asmara ketika pelaku manipulasi menanamkan benih-benih keraguan pada pasangannya. Kondisi ini bisa jadi bagian kekerasan seksual.

"Kondisi ini membuat korban meragukan kemampuan berpikir dan ingatannya sendiri," ujar psikolog Ika Putri Dewi dari Yayasan Pulih dalam webinar "Campus Online Talkshow: Manipulasi dalam Relasi" yang diselenggarkan oleh The Body Shop, Rabu (10/2/2021).

Menurut Ika, ketidakmampuan untuk menolak dari korban bisa terjadi secara fisik dan psikis. Mereka seringkali tidak punya pilihan dan tidak bisa keluar dari situasi tersebut.

Dalam proses relasi tersebut, pelaku mampu mempengaruhi seseorang agar berbuat sesuai dengan keinginannya. Pelaku membuat korban tidak bisa membuat keputusan yang clear dalam satu hubungan.

"Perilaku manipulasi itu bisa memanfaatkan relasi kuasa itu apa yang dikehendaki untuk memuaskan kebutuhannya. Saat proses manipulasi itu terjadi terus-menerus, maka akan memunculkan dampak yang menyakitkan bagi korban," tandasnya.

Wakil Direktur Bidang Advokasi HopeHelps Universitas Indonesia (UI), Nasya Ayu Dianti, mengungkapkan dari laporan tahunan HopeHelps UI pada 2020, sebanyak 38,5 persen pelaku merupakan teman sendiri. Sementara, 10,3 persen pelaku adalah pacarnya.

"Dalam kasus-kasus tertentu, ternyata pelaku kekerasan seksual itu merupakan mantan pacarnya," jelasnya.

Para korban manipulasi itu sering bingung apa yang terjadi pada korban karena kesalahannya atau kesalahan orang lain. Sebab korban yang berada dalam kondisi seperti itu harus diberdayakan.

"Hal itu perlu dilakukan agar mereka bisa mengambil keputusan yang benar-benar sehat untuk dirinya sendiri agar keluar dari situasi yang manipulatif itu," ungkapnya.

Artis Hannah Al-Rashid menceritakan tentang dampak yang menyakitkan dari manipulasi dalam suatu relasi. Ia mencontohkan sempat berpacaran dengan lelaki yang awalnya merupakan teman yang berubah sangat manipulatif terhadap dirinya.

"Idiom-idiom yang dilontarkan sangat kasar dan bahkan ia merendahkan saya setiap hari, bahkan saya dicaci maki. Padahal, tidak sepantasnya saya diperlakukan seperti itu. Saya akhirnya memutuskan hubungan ini," ungkapnya. (*)