Handrawan Nadesul Tampil di Sastra Bulan Purnama

Handrawan Nadesul Tampil di Sastra Bulan Purnama

KORANBERNAS.ID – Penyair yang juga berprofesi sebagai dokter, Handrawan Nadesul, dikenal produktif menulis buku-buku puisi mapun kesehatan. Karya-karyanya laris di pasaran.

Dijadwalkan Jumat (13/12/2019) malam, sebagian dari karya penyair yang mulai menulis puisi sejak era 1970-an itu, dibacakan pada event Sastra Bulan Purnama edisi 99 di Tembi Rumah Budaya Jalan Parangtritis Sewon Bantul.

Penampilannya kali ini sekaligus menandai peluncuran buku Membaca Tanda: Esai-esai tentang Kebudayaan yang ditulis oleh Ons Untoro serta Penyair dan Rembulan kumpulan karya 60 penyair, salah seorang di antaranya Handrawan Nadesul.

Kedua buku tersebut diluncurkan untuk menandai 60 tahun Ons Untoro selaku Koordinator Sastra Bulan Purnama sekaligus 8 tahun Sastra Bulan Purnama.

Masing-masing penyair menulis dua puisi, satu puisi bertema bulan purnama dan satu lagi tema bebas. Total terdapat 120 puisi.

Tajuk Sastra Bulan Purnama edisi 99 diambil dari formulasi judul buku tersebut yaitu Penyair Membaca Tanda di Bulan Purnama.

Para penyair dari berbagai kota di Indonesia itu sudah lama bergulat dengan sastra. Mereka tidak hanya menulis puisi tetapi juga tema lain.

Joshua Igho. (istimewa)

Seangkatan Handrawan yang ikut menulis puisi kemudian dibukukan ke dalam antologi Penyair dan Rembulan adalah Adri Darmaji Woko, Yudhsitira Adinugraha, Noorca Massardi dan Kurniawan Junaedhie.

Yang lebih muda dari mereka dan tinggal di Jakarta ada Naning Pranoto, Hardho Sayoko, Dhenok Kristiani, Kurnia Effendi, Marlin Dinamikanto, Ristia Herdiana dan Yeni Fatmawati.

Para penyair lainnya datang dari Bekasi, Tegal, Semarang, Cilacap, Purwokerto, Purworejo, Magelang, Temanggung, Yogyakarta, Solo, Karanganyar, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Sragen.

Akan tampil pembaca tamu Nurul Indarti. Dia sehari-harinya pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM.

Penampilan lagu puisi akan dibawakan Joshua Igho, penyair yang tinggal di Magelang. Sedangkan Menik Sithik bersama Thole berkolaborasi mengolah puisinya menjadi lagu.

Dari 60 penyair, tidak semua hadir, mereka yang siap hadir di antaranya Dyah Kencono Puspito dan Rismuji serta Bambang Widatmoko dari Bekasi.

Nella Nur Murosokhah. (istimewa)

Dari Semarang Sulis Bambang, Heru Mugiarso dan Yanti S Sastro meluangkan waktunya. Kemudian Sus S Harjono (Sragen), Yuliani  Kumudaswari (Sidoarjo), Nella Nur Murosokhah dan Selsa (Temanggung) Suyitno Ethex (Mojokerto), Dedet Setiadi, Darmanto Andreas dan Wicahyanti Rejeki (Magelang).

Berikutnya, Sumanang Tirtasujana dari Purworejo, Wanto Tirta (Purwokerto), Yonas Suharyono (Cilacap), Bontot Sukandar (Tegal).

Penyair dari Yogyakarta yang puisinya terhimpun di dalam buku Penyair dan Rembulan yaitu Iman Budhi Santosa, Sutirman Eka Ardhana, Mustofa W, Hasyim, Krisbudiman, Hamdy Salad, Joko Pinurbo, Anwar Noeris, Ninuk Retno Raras, Umi Kulsum, Purwadmadi, Salma Elmie, Ben Sadhana, Daffa Randai, Eko Winardi, Krishna Miharja, Marjudin Suaeb.

Ke-60 penyair tersebut dari era berbeda-beda mulai 1970-an sampai penyair baru era 2000-an.

“Mereka dipertemukan di Sastra Bulan Purnama. Masing-masing sudah kenal atau setidaknya pernah saling bertemu,” ujar Ons Untoro. (sol)