Gelar Happening Art Kentongan, Relawan AMIN Ingatkan Dominasi Oligarki

Gelar Happening Art Kentongan, Relawan AMIN Ingatkan Dominasi Oligarki
Sejumlah wisatawan asing ikut memeriahkan gelaran Happening Art Kentongan Siyaga Rakyat. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA--Komunitas Milenial Berbudaya bersama relawan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN), AB Ningrat menggelar kegiatan bertajuk "Happening Art Kentongan Siyaga Rakyat" di Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Senin, 27 November 2023. Kegiatan ini untuk mengingatkan seluruh rakyat pada ancaman bersama berupa dominasi oligarki.

AB Ningrat mengingatkan, oligarki merupakan musuh seluruh rakyat. Sebab kungkungan oligarki telah menyebabkan produk hukum dan penegakan hukum tidak lagi bertumpu pada keadilan dan kebermanfaatan publik, perekonomian dikuasai pemodal kuat dari hulu sampai hilir

Pembina AB Ningrat Hary Sutrasno mengatakan, selain sebagai sarana sosialisasi pasangan AMIN kepada masyarakat luas, hapening art ini sebagai wujud rasa cinta Tanah Air sekaligus keprihatinan terhadap kondisi masyarakat. Belakangan ini, masyarakat semakin terhimpit berbagai masalah dalam hampir semua sisi kehidupannya, mulai ekonomi, sosial, budaya, hukum, politik, dan lainnya.

Aksi ini diikuti puluhan relawan AMIN, sejumlah perwakilan partai politik pengusung AMIN hingga wisawatan manca negara.

Hary Sutrasno mengatakan, kegiatan ini didediksikan sebagai sarana penyalur aspirasi atas kesumpekan hidup yang dihadapi rakyat bawah. “Aspirasi masyarakat menginginkan perubahan,” katanya Senin, 27 November 2023.

Dia menjelaskan tentang makna kentongan yang merupakan simbul bunyi perjuangan rakyat atau bunyi kebangkitan. Bunyi perubahan dan bunyi keadilan.

Cucu Pahlawan Nasional Kasman Singodimedjo ini mengatakan, ketika lembaga negara yang ditugasi menyerap dan memperjuangkan kepentingan publik tidak menjalankan fungsi semestinya, kebebasan rakyat menyampaikan aspirasi dibatasi dan bahkan dikriminalisasi, maka bunyi yang akan tampil. “Segala pesan mengalir melalui bunyi. Kata dibungkam, bunyi melawan,” tegasnya.

Anggota Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Yogyakarta ini mengungkapkan, rakyat bawah juga tidak atau kurang merasakan hadirnya negara di tengah berbagai kesulitan hidup pada keseharian mereka.

“Keterbatasan pengetahuan akan ketentuan perundang-undangan, keterbatasan kemampuan manajemen usaha, keterbatasan permodalan membuat rakyat klas bawah yang berusaha di sector non formal tertatih-tatih bahkan mengalami kebangkrutan yang berdampak mengancam ekonomi keluarga,” jelasnya.

Dia mengungkapkan, melalui happening art ini harapannya dapat menjadi saluran ekspresi kegundahan rakyat bawah akan kondisi kekuasaan negara yang tidak berpihak pada mereka, sehingga mereka merindukan perubahan.

Meski diinisiasi dari lapisan rakyat kecil, Kentongan Siyaga Rakyat ini semoga dapat menjadi pengingat pemegang kekuasaan untuk kembali kepada cita-cita para pendiri bangsa.

“Mari kita dorong terbentuknya Indonesia yang meindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, Indonesia yang menciptakan kesejahteraan umum, Indonesia yang mencerdaskan kehidupan bangsa serta Indonesia yang aktif dalam menciptakan perdamaian dunia,” pintanya. (*)