Sofwan Ardyanto Mengingatkan Bahaya Nyata Upaya Deparpolisasi

Sofwan Ardyanto Mengingatkan Bahaya Nyata Upaya Deparpolisasi

KORANBERNAS.ID, TEMANGGUNG -- Wakil Ketua Bidang Rekrutmen dan Kaderisasi Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDI Perjuangan Jawa Tengah, Sofwan D Ardyanto, mengingatkan bahaya nyata upaya deparpolisasi atau penurunan derajat partai politik (parpol) yang terjadi di tengah masyarakat.

“Bahwa hari ini ada sedang ada gerakan deparpolisasi. Apa itu deparpolisasi? Deparpolisasi itu gerakan yang sangat halus supaya masyarakat itu benci politik, benci partai politik. Caranya bagaimana? Caranya, membongkar kejelekan-kejelekan orang partai politik, yang diberitakan yang jelek-jelek, yang bagus tidak mendapat porsi pemberitaan,” ungkapnya, Sabtu (19/3/2022) malam, pada kegiatan temu masyarakat atau wungon wironggan.

Sofwan mencontohkan kiprah PDI Perjuangan selama 49 tahun yang selama ini mendukung kepentingan masyarakat, jarang mendapat sorotan. “Nah, sekarang saya tanya apakah itu dari korupsi? Korupsi dari mana, kita berjuang untuk rakyat,” ungkapnya.

Di hadapan ratusan warga, struktur partai PDI Perjuangan se-Kabupaten Temanggung serta Komandante Bintang 2 Temanggung yang hadir, Sofwan pernah mendapat pertanyaan menarik dari seorang warga.

“Pak Sofwan, banyak orang bertanya kenapa saya harus ikut pergerakan politik atau memikirkan tentang politik. Wong politik itu tidak ada kaitannya dengan kehidupan saya, kok?” ungkapnya kala berbicara pada wungon wironggan untuk mengisi kegiatan reses Ketua DPRD Temanggung, Yunianto SP.

Stabilitas politik

Sofwan menerangkan, jika publik terlibat aktif dalam pergerakan politik maka stabilitas politik akan tercipta dengan baik. Sistem demokrasi yang mengedepankan mekanisme check and balance membuat masyarakat dapat berpartisipasi aktif dalam menentukan kebijakan yang diambil.

“Bapak-Ibu masih bisa cari beras, kan? Gampang, to? Masih bisa belanja baju, masih bisa cari premium, cari pertalite. Masih bisa ke luar malam, atau nggak takut ditembak, kan? Itu semua karena apa? Karena adanya stabilitas politik,” jelasnya.

Sofwan mengatakan apabila stabilitas politik tak terjadi di Tanah Air, maka tragedi seperti di Timur Tengah di mana pecahnya perang saudara sangat mungkin terjadi. Sebab itu, kepedulian dan partisipasi rakyat dalam dunia politik bertalian erat dengan terciptanya stabilitas politik.

“Jadi, kalau ada suara-suara yang mengatakan, nggak usah ngurusin partai politik. Itu adalah bisikan-bisikan dari yang menginginkan negara tidak stabil,” sebut Sofyan pada acara yang berlangsung di Joglo Bero Kandangan Temanggung Jawa Tengah.

Meski mendorong keterlibatan aktif mayarakat, Sofwan pun wanti-wanti agar parpol tetap memiliki etika dalam berkompetisi menggaet massa. Dirinya tak ingin, saling menjatuhkan dan menjelek-jelekkan menjadi budaya di antara partai. “Ingat, silakan berkompetisi, tapi berkompetisi yang sehat,” ujarnya.

Menariknya, menjelang bulan Ramadan 1443 H, Sofwan membuat analogi yang menarik antara politik dan bulan puasa. “Ramadan itu asal katanya bulan pembakaran. Nafsu kita diuji, nanti yang lulus maka akan mendapatkan syawal. Syawal itu artinya meningkat. Kita puasa menahan ego. Mari kita menahan diri tidak saling bergesekan, kita menahan diri untuk menjaga omongan,” paparnya.

Menurut Sofwan, hal yang sama juga harus dilakukan oleh insan yang berkecimpung di partai politik. “Maka siapa yang tetap lurus dalam Ramadan ini kita akan menang. Kalau pemilu siapa yang menang yang akan mendapat di legislatif. Kalau di Pilkada, dari yang belum dapat, kini punya eksekutif,” tandasnya. (*)