FKPT Gelar Sarasehan Cegah Paham Terorisme

Agar tidak berkembang, termasuk di kalangan anak muda.

FKPT Gelar Sarasehan Cegah Paham Terorisme
Sarasehan "Smart Bangsaku, Bersatu Indonesiaku” di MTs Al Mahalli Brajan Wonokromo Pleret Bantul, Kamis (19/9/2024). (sariyati wijaya/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Forum Komunikasi Pencegahan Terorisme (FKPT) bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Badan Kesbangpol DIY menggelar sarasehan Smart Bangsaku, Bersatu Indonesiaku (Sehat Mental, Keluarga Cerdas dan Tangguh), Kamis (19/9/2024), di MTs Al Mahalli Brajan Wonokromo Pleret Bantul.

Tampak hadir Subkor Partisipasi Masyarakat Direktorat Pencegahan Deputi Bidang Pencegahan Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Himadhani ST MSc, Dosen program Vokasi Universitas Indonesia Mila Viendyasari  MSi, Ketua Yayasan Al Mahalli H Firdaus Al Halwani SHI, Sekretaris FKPT DIY Dewo Isnu Broto Imam Santoso SH, para Duta Damai Yogyakarta dan ratusan pelajar MTs Al Mahalli serta ormas keagamaan seperti Muslimat PCNU Bantul dan PD  Aisyiyah Bantul.

Dewo Isnu mengatakan tujuan kegiatan ini untuk mencegah paham terorisme dan radikalisme agar tidak berkembang termasuk di kalangan anak muda atau siswa.

“Seperti kita ketahui saat ini banyak sosial media yang digunakan oleh saudara-saudara kita yang terpapar radikalisme  untuk mengembangkan atau merekrut keanggotaan dengan berbagai cara  termasuk sasarannya anak-anak,” ujarnya.

Peserta sarasehan di MTs Al Mahalli Brajan Wonokromo Pleret Bantul. (sariyati wijaya/koranbernas.id)

Dia menyatakan penting membentengi generasi emas yang masih dalam masa pertumbuhan dan masih mencari jati diri jangan sampai terpapar, termasuk anak-anak di pondok pesantren dikuatkan agar jangan sampai terbujuk masuk paham radikalisme.

Sebelumnya kegiatan serupa diikuti para ketua RW agar bisa disebarluaskan ke warganya. Juga melalui seni dengan sasaran anak SMA. “Setidaknya sudah lima titik yang kami laksanakan kegiatan pencegahan terorisme se-DIY,” katanya.

Dewo Isnu menambahkan masyarakat perlu mewaspadai lingkungannya dan melakukan deteksi kemungkinan adanya bibit radikalisme atau terorisme. Misalnya di dalam perkumpulan menyerang dan menjelekkan pemerintah, NKRI maupun agama lain.

“Mari kita cegah radikalisme dan terorisme dengan mengembangkan sikap toleransi dan saling menghormati. Termasuk sikap itu ditumbuhkan pada anak muda,” katanya.

Guru pesantren

Maira Himadhani menambahkan profiling pada guru tamu pesantren sangat penting utamanya memiliki pendidikan latar belakang agama yang baik.

“Pesantren juga harus membuka ruang diskusi agar tahu pemikiran orang. Apalagi di pesantren memiliki pemikiran homogen, maka perlu diskusi lintas agama sehingga kaya pemikiran dan tervalidasi serta mampu melakukan deteksi dini jika ada yang terpapar radikalisme,” katanya.

Dengan kaya pemikiran maka orang tidak ekstrem memiliki pemikiran dirinya benar dan orang lain selalu salah.

Sependapat, Mila Viendyasari mengatakan pencegahan bibit terorisme bisa dimulai dari rumah. Orang tua harus jadi teman dan anak merasa nyaman bercerita apapun.

Kesehatan mental

“Perlu penguatan kesehatan mental dalam keluarga di antaranya dengan cukup waktu untuk kebersamaan, mendengarkan satu sama lain dan saling mendukung antar keluarga. Keluarga perlu taat pada kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat agar tumbuh kedisiplinan dan menjadi anak anak yang baik,” katanya.

Kemudian, makanlah yang bergizi untuk keluarga, berolahraga rutin, tidur cukup dan berkata-kata dengan santun dan selalu mengucapkan terima kasih, meminta maaf, memuji dan memiliki literasi digital yang baik.

“Munculnya terorisme karena pelaku merasa nyaman di komunitas itu. Penting menumbuhkan rasa nyaman pada keluarga agar anak tidak terpapar hal yang negatif di luar rumah,” katanya.

Narasumber lainnya Firdaus Al Halwani mengajak semua santri selalu menjaga keimanan. “Kita harus menjaga keimanan agar tidak goyah oleh godaan manapun termasung iming-iming terorisme,” katanya.

“Kita juga harus mengembangkan sikap toleransi antar umat beragama. Sebagaimana di dalam surat Al An'am 108 yang artinya tidak boleh menghina Tuhan orang lain. Artinya kita menghargai mereka, menghargai umat dan keyakinan orang lain,” lanjutnya. (*)