Dua Pasien PDP Meninggal

Dua Pasien PDP Meninggal

KORANBERNAS.ID, BANTUL--Dua orang pasien yang dirujuk dari RS Nur Hidayah Jalan Imogiri Timur Bantul ke RS Sardjito meninggal dunia. Pasien meninggal pada Senin (30/3/2020) malam sekitar pukul 23.00 WIB, setelah mendapat perawatan selama 3 jam.

Pasien ini, laki-laki usia 59 tahun, sebelumnya menunjukkan gejala berupa demam, sesak nafas. Sebelum dirujuk ke RS Dr Sardjito, yang bersangkutan dalam keadaan kritis di RS Nur Hidayah dengan tensi 80 serta tidak ada riwayat bepergian.

Sementara, Selasa (31/3/2020) pukul 07.00 WIB meninggal dunia pasien nomor 1, seorang laki-laki usia 48 tahun. Dia telah demam selama 2 minggu, sesak nafas 2 hari, batuk, lemas dan hasil rontgennya pneumonia. Juga tidak ada riwayat bepergian.

Keduanya pasien meninggal tersebut asal Kabupaten Bantul.

“Ini menjadi keprihatinan bersama. Perlu saya sampaikan, kami menangani pasien PDP 3 orang yang kemudian kami rujuk. Pasien nomor 1 dan 3 ke RS Sardjito. Keduanya meninggal. Dan pasien ke 2 mendapat rujukan di RSUD Sleman,”kata Direktur RS Nur Hidayah Bantul, DR dr Sagiran, Sp.B (K) KL, Mkes dalam keterangan pers di rumah sakitnya Jalan Imiogiri Timur, Selasa (31/3/2020) siang.

Menurut Sagiran, sesuai protokol Covid-19 yang baru, semua pasien dengan gejala demam tinggi, Ispa, sesak nafas, batuk pilek harus

dianggap PDP. Kalau yang protokol sebelumnya harus ada riwayat bepergian atau kontak, Sedangkan di protocol yang terbaru tidak mensyaratkan hal itu.

“Sehingga ketiga pasien tadi adalah PDP,” katanya.

Sebelum sempat dirujuk, pihaknya mengaku kesulitan untuk mencari RS rujukan. Sehingga saat pasien datang pagi, baru mendapat rujukan pukul 20.00 WIB. Pihaknya telah menghubungi banyak RS, namun semua mengatakan penuh. Sebelum akhirnya mendapat rujukan ke Sardjito dan RS Sleman.

Dalam penanganan pasien, RS Nur Hidayah mengaku sudah melakukan koordinasi terkait hal tersebut dengan Dinas Kesehatan dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Bantul.

Harapnya agar koordinasi semakin baik. “Semangatnya adalah bagaimana lebih baik menangani Covid-19,”katannya.

APD Kurang

Dokter Sagiran yang juga Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Bantul dengan anggota 726 orang menyatakan siap memberikan layanan bagi masyarakat tentu dengan mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) yang standar.

Semua demi keamanan dokter sendiri dalam memberikan pelayanan.

Di IDI pusat, lanjut dokter Sagiran, mereka ada Gerakan Dokter Semesta. Artinya semua dokter memberikan pelayanan, tidak libur selama yang bersangkutan tidak terpapar.

“Hanya saja kita akui tidak semua dokter memiliki Alat Pelindung Diri (APD) sehingga ada yang terpapar. Ini sedang kita lakukan pendataan,”katanya.

Untuk itulah, pihaknya berharap kepada pemerintah untuk bisa memenuhi APD, minimal satu dokter satu APD. Karena dalam situasi saat ini pasien yang datang mencari pertolongan dokter bisa jadi sudah membawa virus, karena banyak orang yang tidak menunjukkan gejala jika positif. Namun bisa saja dia carrier (pembawa virus-red). Maka dokter harus dilindungi agar tidak ada kekhawatiran saat memberikan pertolongan..

Jadi distribusi APD itu, diharapkan tidak hanya ke RS rujukan, namun ke semua rumah sakit dan layanan kesehatan yang ada.

“Ini akan mencederai korps kami ketika dibilang rumah sakit rujukan atau bukan. Karena masyarakat berobat tidak tahu soal itu,” katanya.

Sementara Jubir gugus tugas percepatan penanganan covid-19 Bantul, dr Sri Wahyu Joko Santoso mengatakan hari ini dari laporan dari gudang farmasi APD terdistribusi ke 27 Puskesmas. Meliputi masker bedah,viver all, masker N95, sepatu boot, pelindung mata dan pelindung wajah. Untuk APD ke RS juga terdistribusi ke RS rujukan. Jumlahnya sesuai kebutuhan masing-masing layanan.

Dimana Bantul ada empat RS yakni RS Panembahan Senopati, RS Elisabeth, RS Harjolukito dan RS PKU Muhammadiyah Bantul.

“Kalau untuk RS lain kita akan melihat perkembangan kasus seperti apa,”katanya. (SM)