Hati-hati! Teman Sebaya Bisa Jadi Pintu Masuk Bullying

Hati-hati! Teman Sebaya Bisa Jadi Pintu Masuk Bullying

KORANBERNAS.ID -- Mencegah serta menanggulangi aksi bullying terhadap anak, teman sebaya kini menjadi salah satu pintu yang harus diwaspadai. "Aksi bullying dalam dunia anak-anak kini sudah merambah di tengah masyarakat, seiring dengan perkembangan teknologi yang kian cepat," kata Valentina Ginting, Asisten Deputy Perlindungan Anak dari Kekerasan dan Eksploitasi Kementrian Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, di sela Kampanye Anti Kekerasan dan Bullying Terhadap Anak di Gedung Grhadika Bhakti Praja, Sabtu (30/11/2019).

Tindakan bullying tersebut bisa dilakukan melalui media sosial, baik Instagram maupun Twitter, oleh mereka yang memanfaatkan platform media sosial tersebut. Fenomena tersebut kini menjadi perhatian pemerintah sebagai upaya dan mengubah pencegahan aksi bullying pada anak.

Valentina mencontohkan, pada kejadian di Pontianak yang menjadi pelaku bullying adalah anak-anak dan notabene teman sebaya. “Kami telah melakukan survey bersama dengan BPS, Bapennas, dan akademisi dari UI dan UGM, terhadap pengalaman hidup anak dan remaja. Hasilnya 1 dari 17 anak laki-laki di Indonesia pernah menjadi korban kekerasan,” ungkapnya.

Valentina mengapresiasi Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui kegiatan kampanye anti-kekerasan dan bullying terhadap anak dengan melibatkan sekitar 500 anak. Menurutnya, anak-anak yang terlibat dalam kampanye tersebut akan menjadi agen perubahan dalam pencegahan dan penanggulangan bullying di kalangan anak dan remaja.

Oleh karenanya, pihaknya mencetuskan program majalah dinding (mading) kepada remaja dan anak-anak untuk mencegah aksi bullying meluas di kalangan mereka.

"Maraknya bullying melalui media sosial memerlukan perhatian semua pihak, terutama orang tua. Melalui pembuatan mading, keterlibatan orang dewasa akan membantu perkembangan anak-anak dan batasan pergaulan juga kian terpantau," ujarnya.

Sedikit demi sedikit ini menjadi upaya mengurangi penggunaan media sosial yang saat ini menjadi pintu masuk bahaya bullying melalui gadget.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Jawa Tengah, Retno Sudewi, dalam kesempatan yang sama mengatakan kampanye anti-bullying telah menjadi salah satu kegiatan yang melibatkan anak dan partisipasi masyarakat.

Tingginya angka kekerasan terhadap anak, di satu sisi menunjukkan meningkatnya kesadaran untuk melaporkan terjadinya aksi kekerasan. “Kita semua harus bersama-sama berupaya agar anak-anak kita tidak menjadi korban, maupun pelaku bullying. Karena menurut penelitian, pelaku bullying biasanya adalah korban di tempat yang lain,” katanya.

Dalam sambutannya, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo berpesan kepada guru-guru di sekolah untuk memberikan lebih banyak ruang ekspresi pada anak-anak agar perasaan anak-anak tumbuh dengan baik serta akan muncul rasa saling menghormati dan menghargai.

“Jika ada kekerasan atau bullying, saya minta jangan takut untuk melaporkan. Saya juga mengajak mari kita kampanye anti-kekerasan dan bullying pada anak dengan media sosial, agar seluruh dunia tahu bahwa Jateng Gayeng, Bocahe Seneng,” katanya. (eru)