Dua Keluarga Sampai Mengungsi, Warga Plumutan Minta Peternakan Babi Ditutup
Bau yang ditimbulkan sangat menyengat, banyak warga yang mual saat angin bertiup kencang membawa aroma tidak sedap.
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Puluhan warga RT 05 Dusun Plumutan Kalurahan Mulyodadi Kapanewon Bambanglipuro Bantul mendatangi peternakan babi, Senin (7/10/2024). Mereka berada di lokasi itu siang hingga sore sebab mendengar ada pengecekan lokasi ke peternakan milik Yohanes Nindarto tersebut.
Terlihat di lokasi, Panewu Bambanglipuro Tri Manora S Sos, Kapolsek Bambanglipuro AKP Rusdiyanto SPd, Danramil Bambanglipuro Mayor (Cpl) Sunarto, Lurah Mulyodadi Ari Sapto Nugroho SH dan Cahyo Rahmat Romadlon selaku Dukuh Plumutan Bantul, Perwakilan Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Perwakilan Satpol PP serta dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DKPP) Bantul.
Selain berdialog dengan Nindarto yang didampingi istrinya, Yeni, petugas juga melakukan pengecekan ke lokasi kandang guna melihat kondisi dan jumlah babi, melihat lokasi pembuangan kotoran serta saluran limbah pembuangan air.
Selain itu, juga mengambil sampel air limbah dan kotoran untuk dibawa ke laboratorium. Pertemuan antara pemilik peternakan dengan pihak-pihak terkait berlangsung hampir dua jam.
Pertemuan dengan pemilik ternak babi, Yohanes Nindarto, di Plumutan RT 05 Kalurahan Mulyodadi Bambanglipuro Bantul. (istimewa)
"Kedatangan kami berombongan adalah untuk melakukan pengecekan setelah pada hari Kamis (3/10/2024) yang lalu warga melakukan audiensi ke kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bantul," kata Tri Manora.
Warga mengeluhkan peternakan babi yang dekat dengan permukiman warga sehingga menimbulkan bau dan polusi. "Dari hasil pertemuan tadi kami akan mencari solusi yang terbaik dari aspek hukum, aspek sosial maupun aspek lainnya," tandasnya.
Dukuh Cahyo mengaku warga sudah sangat tidak nyaman dengan adanya peternakan babi yang mulai beroperasi tahun 2021. Bau yang ditimbulkan sangat menyengat, banyak warga yang mual saat angin bertiup kencang dan membawa aroma tidak sedap.
Bahkan saking tidak kuatnya menghadapi bau, ada dua keluarga yang rumahnya berdekatan dengan kandang yang terpaksa mengungsi ke tempat saudaranya. Dua keluarga tersebut adalah atas nama Riswan Nugroho dan Eliya Noviyanti.
Mengungsi
"Mereka mengungsi karena tidak tahan dengan bau yang berasal dari peternakan babi. Maka saya tegaskan bahwa warga meminta peternakan ini ditutup," katanya.
Sejak satu tahun terakhir warga sudah berkali-kali melakukan protes terhadap keberadaan ternak babi. Selain bau juga menimbulkan kotoran yang dikhawatirkan bisa mencemari air dan lingkungan warga. "Namun hingga saat ini beberapa kali dilakukan mediasi tidak membuahkan hasil," katanya.
Awalnya, peternakan milik Nindarto tersebut adalah untuk rumah pemotongan ayam (RPA). Pada tahun 2021 Indarto mulai memelihara babi empat ekor dan saat itu dikatakan untuk mengurai kotoran ayam. Seiring berjalannya waktu jumlah babi yang diternak semakin banyak bahkan lebih dari 50 ekor.
"Ya saya dan keluarga mengungsi ke rumah saudara. Karena baunya tidak kuat saya," tambah Riswan kepada koranbernas.id di lokasi. Kebetulan rumahnya berdekatan dengan lokasi kandang.
Sedangkan Nindarto mengatakan pihaknya pasti akan memenuhi aturan dan mengurus izin yang diperlukan. (*)