DPRD Sleman Mengkaji Pengelolaan Pariwisata di Lombok Barat
Hampir setiap minggu bahkan setiap bulan di Kabupaten Sleman selalu ditemukan candi.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Hari kedua studi tiru yang dilakukan jajaran pimpinan DPRD bersama sejumlah wartawan dan Sekretariat DPRD Sleman, Selasa (3/12/2024), dimanfaatkan untuk mengunjungi DPRD Lombok Barat.
Dalam kunjungan tersebut rombongan dari Sleman dipimpin Wakil Ketua II Hasto Karyantoro didampingi Wakil Ketua I Ani Martanti dan diterima oleh Wakil Ketua Komisi IV, Syamsuriansyah.
Kepada wartawan, Wakil Ketua Komisi IV DPRD Lombok Barat, Syamsuriansyah, menjelaskan Lombok Barat mempunyai tiga destinasi wisata unggulan yakni Gili Nanggu, Gili Kedis dan Gili Tangkong.
“Tiga destinasi pantai itu merupakan pusat untuk snorkeling. Ketiga destinasi itu menjadi unggulan karena masih ‘perawan’ menawarkan panorama alam dengan air laut yang jernih. Bahkan untuk akomodasi dan akses jalan juga telah memadai untuk ke sana,” kata Syamsuriansyah.
Mengembangkan wisata
Bahkan, lanjut diam guna mendukung pengembangan sektor wisata, pemda setempat telah mengambil beberapa kebijakan yakni melibatkan setiap Kepala OPD untuk ikut terlibat mengembangkan wisata.
Anak SD dan SMP jika libur sekolah diminta liburan ke wilayah Lombok Barat. Selain itu, Pemda Lombok Barat juga telah mengeluarkan tiga Perda baru terkait pengelolaan tiga gili di Sekotong.
Wakil Ketua II DPRD Sleman Hasto Karyantoro mengatakan, kunjungan ini merupakan sesuatu yang inspiratif bagi semua tentang pariwisata di Lombok Barat. Memang masing-masing daerah mempunyai tantangan yang berbeda-beda termasuk di Kabupaten Sleman.
Jadi, lanjut Hasto, di Lombok Barat sudah muncul ide-ide kreatif tentang pengelolaan pariwisata yang berbasis lokalitas. Payungnya ada di provinsi yaitu wisata halal NTB.
Lebih eksploratif
“Kalau di Kabupaten Sleman seperti apa, maka itulah yang menjadi tantangan semua pihak. Saya kira masih banyak yang belum kita gali. Masih banyak yang belum kita eksplorasi. Bahkan destinasi-destinasi barunya. Tantangan kita semua. Tidak mau bergerak dengan sesuatu yang lebih eksploratif bisa menjadi kendala bagi kita,” jelasnya.
Contoh, tambah Hasto, hampir setiap minggu bahkan setiap bulan di Kabupaten Sleman selalu ditemukan candi. Di Kapanewon-Kapanewon tertentu itulah beberapa temuan-temuan candi baru.
Dengan temuan-temuan seperti itu sebenarnya Pemkab Sleman bisa bekerja sama dengan Balai Cagar Budaya tingkat provinsi maupun nasional. “Itu bisa dijadikan satu situs yang saling terkait sehingga kemudian bisa mengetahui sejarah yang ada di Kabupaten Sleman itu seperti apa. Dan hal itu menjadi menarik,” ungkapnya.
Namun hal itu membutuhkan effort sumber daya yang lebih banyak, termasuk dalam hal ini pemerintah, karena sektor pariwisata itu salah satu yang penunjang PAD terbesar.