DPRD Jateng Meminta BPBD Serius Tangani KRB Merapi di Klaten, Magelang dan Boyolali

DPRD Jateng Meminta BPBD Serius Tangani KRB Merapi di Klaten, Magelang dan Boyolali

KORANBERNAS.ID, SEMARANG -- Komisi E DPRD Jateng serius melihat penanganan dan kondisi kawasan rawan bencana (KRB) Gunung Merapi di Jawa Tengah.

Penetapan KRB di tiga wilayah tersebut sudah cukup lama sejak status Gunung Merapi dinaikkan dari awas ke siaga, yaitu sejak 4 Januari 2021 tatkala aktivitas Gunung Merapi naik level III atau siaga.

Usai melaksanakan kunjungan kerja ke Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Komisi E meminta upaya mitigasi yang dilakukan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terkait kebencanaan geologi Gunung Merapi bisa lebih terpadu.

Wakil Ketua Komisi E Abdul Aziz menyatakan peran BPBD sangat penting mengingat KRB Gunung Merapi di Jateng sangat luas meliputi tiga kabupaten yakni Boyolali, Klaten dan Magelang.

“Di Jateng saja ada tiga kabupaten, mau tidak mau daerah tersebut harus bersinergi dalam upaya penanggulangan kebencanaan geologi Gunung Merapi,” tegas Abdul Azis di ruang kerjanya, Rabu (6/10/2021).

Komisi E yang melakukan kunjungan kerja awal pekan ini ke Kantor BPPTKG Kementerian Energi Sumber Daya Mineral di Kota Yogyakarta, diterima Kepala BPPTKG Hanik Humaidah.

Dalam kesempatan tersebut Hanik menjelaskan mulai 4 Januari 2021 aktivitas Gunung Merapi berstatus level III atau siaga. Sebagai instansi yang memantau gunung api di perbatasan Jateng-DIY, pihaknya selalu memberikan laporan seminggu sekali kepada daerah seperti Pemkab Boyolali, Klaten, Magelang serta Sleman (DIY) dan otoritas Bandara Adisutjipto.

Komisi E DPRD Jateng mendapatkan penjelasan dari Kepala BPPTKG Hanik Humaidah mengenai kondisi Gunung Merapi dan KRB Gunung Merapi di Jateng. (istimewa/Dokumen Humas DPRD Jateng)

Dalam kurun waktu delapan bulan ini, kerap kali Merapi memuntahkan guguran lava pijar. Bahkan belum lama ini Senin (4/10/2021), muncul guguran lava pijar sejauh satu kilometer ke arah barat daya.

Setidaknya Merapi mengalami 52 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-32 mm selama 16-118 detik. Lalu, tujuh kali gempa embusan dengan amplitudo 4-9 mm selama 10-40 detik.

Guguran lava dan awan panas Merapi diperkirakan berdampak pada wilayah sektor selatan-barat daya, meliputi Kali Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Kali Putih.

Apabila terjadi letusan, lontaran material vulkanik dari Gunung Merapi dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak gunung. “Aktivitasnya tetap siaga, masyarakat yang bermukim di KRB III diminta tidak lengah,” ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama anggota Komisi E, Endrianingsih, bertanya mengenai keterlibatan komunitas atau relawan. Pentingnya keterlibatan mereka untuk memudahkan sosialisasi maupun penanganan saat terjadi bencana.

Hanik mengungkapkan, pihaknya sudah menjalin hubungan dengan para komunitas milik BPBD masing-masing daerah. Mereka juga dilibatkan dalam sosialiasi termasuk pelatihan mengenai kebencanaan. (red)