Diramu dari Sebelas Bahan, Jamu Ini Bikin Tubuh Segar Bugar
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Dwi Saryono, salah seorang tokoh masyarakat Kampung Jagalan Kota Yogyakarta ini tidak menamai produk jamu yang dibuatnya dengan label promotif misalnya jamu sehat, jamu kuat atau jamu lainnya.
Terbuat dari sebelas bahan mulai dari empon-empon hingga rempah-rempah, jamu tradisional resep warisan leluhur dari keluarganya itu kini laris manis, tidak dijual tetapi dibagikan gratis.
Rabu (8/4/2020) siang itu, di salah satu lorong kampung Jagalan di tepi Kali Code wilayah RW 1, ibu-ibu warga setempat tampak sibuk membuat jamu.
Semua terlihat guyub, sesekali disertai canda dan tawa. Bapak-bapak mencuci bahan-bahan jamu dengan air mengalir dari kran. Sedangkan para ibu melembutkan adonan dengan cara menggilasnya pakai batu silinder.
Selebihnya mengaduk jamu siap minum yang masih mengepul panas di atas tungku arang. Tak berapa lama merebak aroma sedap mengundang selera.
Menurut Dwi, khasiat jamu produk warga Jagalan ini selain meningkatkan imun tubuh juga bikin tubuh segar bugar. “Khasiatnya badan segar bugar. Yang paling utama adalah meningkatkan imun tubuh. Nafsu makan juga bertambah,” ungkapnya.
Apalagi saat wabah virus Corona atau Covid-19 merebak, jamu menjadi alternatif warga untuk meningkatkan daya tahan tubuh, sampai-sampai empon-empon hampir selalu mengisi kertas catatan daftar belanja ke pasar.
Menariknya Dwi Saryono yang juga Ketua Komisi D DPRD Kota Yogyakarta ini tidak ingin resep jamu warisan leluhur hanya tersimpan rapi di rumahnya saja.
Sebaliknya dirinya sangat konsens mengedukasi dan memberdayakan masyarakat supaya mampu membuat jamu sendiri.
“Jamu ini sebenarnya minuman harian keluarga saya sejak lama. Begitu saya bagikan dan merasakan enak serta tubuhnya enteng kemudian banyak yang minta. Maka kita bagikan, kita edukasi supaya masyarakat bisa membuat sendiri,” ungkapnya.
Dwi Saryono. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Secara pribadi Dwi dan keluarganya sudah biasa mengkonsumsi jamu. “Minum jamu bisa meningkatkan ketahanan tubuh. Jangan sampai masyarakat kemasukan virus karena daya tahan tubuhnya melemah,” ungkapnya kepada wartawan.
Bahan jamu ini pun sederhana saja. Bagi yang punya kebun, beberapa mudah diperoleh dari kebun sendiri. Sebelas bahan itu di antaranya jahe, kencur, kunir, temulawak, kapulaga, daun jeruk, serai, gula batu, kayu manis, ditambah sedikit garam dan cengkeh.
Adapun komposisinya dibuat dua banding satu. “Jahe dua, bahan yang lain satu. Jika jahe lima kilogram maka bahan-bahan yang lain 2,5 kilogram,” paparnya.
Sekali proses, jamu tersebut bisa dikonsumsi 300 orang. Warga sengaja membuat dua kali proses sehingga bisa mencukupi sekitar 1.000 orang.
Dwi menyatakan benar, bahan-bahan yang sudah diracik memang bisa diseduh lagi dua kali. “Jika sudah selesai masih bisa dimasak dua kali lagi,” jelasnya.
Selain itu, dia juga membuat produk jamu kering siap seduh. Setidaknya beberapa hari terakhir sudah terdistribusi tidak kurang 800 kemasan, ditambah lagi ribuan botol jamu siap minum.
Ketua RW setempat, E Agustion, mengapresiasi semangat warganya dari enam RT yang punya krentheg kuat membuat jamu tradisional.
Penyemprotan disinfektan di kawasan Kampung Jagalan Kota Yogyakarta. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Kebetulan hari itu Kampung Tangguh Bencana (KTB) bersama warga kerja bakti melakukan penyemprotan disinfektan guna mencegah Corona. Selain itu, juga membersihkan lingkungan guna mencegah penyakit demam berdarah atau DBD.
Usai melakukan penyemprotan mereka diberikan kesempatan menikmati jamu tradisional yang masih hangat baru saja turun dari tungku. Tubuh pun terasa segar kembali.
Jagalan dan sekitarnya merupakan kampung padat penduduk. Supaya warganya tetap sehat maka kebersihan dan kesehatan lingkungan harus selalu dijaga.
Ketua KTB Ledoksari Joko Amrono didampingi Yatmono mengatakan di tengah wabah Corona pihaknya juga tidak boleh meninggalkan kewaspadaan wabah yang lain.
“Kita kerja bakti supaya nyamuk DBD tidak bersarang. Penyemprotan rutin dua hari sekali. Kita selalu antisipasi,” ungkap Joko.
Biaya penyemprotan diperolah dari swadaya warga, termasuk pembelian enam unit alat semprot beserta disinfektan 10 liter. Petugas semprot memakai APD (Alat Pelindung Diri).
“Kita swadaya. Pakai masker, mantel dan kacamata. Jika tidak ada kacamata pakai helm yang ada kacanya, kaos tangan dan sepatu,” tambahnya.
Bersama instansi lain KTB siap mendampingi warga supaya menjaga kebersihan serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat, salah satunya dengan cara minum jamu. (sol)