Berkat Warung Perahu Bu Silah, Para Pemancing Tak Perlu Lagi Bawa Bekal

Berkat Warung Perahu Bu Silah, Para Pemancing Tak Perlu Lagi Bawa Bekal

KORANBERNAS.ID, KEBUMEN -- Waduk Sempor di Kecamatan Sempor, Kabupaten Kebumen, selain berfungsi irigasi dan pariwisata juga menjadi wahana favorit bagi para pemancing. Setiap hari ratusan pemancing beraktivitas di sepanjang tepian waduk, sejak pagi hingga petang. Tak hanya dari Kebumen, banyak pula para pemancing dari luar kota seperti Jogja dan Solo.

Seorang pemilik warung di tepian waduk, Bu Silah (60), melihat kehadiran pemancing itu sebagai peluang usaha. Berbeda dengan para pemilik warung lain yang memilih duduk diam menunggu pembeli, Bu Silah memilih strategi jemput bola.

Dia mengubah perahu miliknya menjadi warung terapung untuk menjajakan dagangannya pada para pemancing di sepanjang tepian waduk.

Bersama suaminya, Pak Kusnan (65), Bu Silah berangkat dari dermaga pukul 10.00 WIB. Makan dan minuman yang dibawa cukup beragam, dari kopi, teh, gorengan hingga nasi rames. Karena tak memungkinkan memasak di atas perahunya yang kecil, gorengan dan nasi rames dibawa dalam keadaan matang. Sementara air panas untuk kopi dan teh disiapkan dalam termos.

Mengingat konsumennya adalah para pemancing dari kalangan biasa, Bu Silah tidak mematok harga terlalu tinggi untuk daganganya, meski dia harus berkeliling di atas perahu. Segelas kopi cukup Rp 3.000. Harga nasi rames Rp 5.000. Murah meriah untuk kantong pemancing.

“Saya mulai berjualan dengan perahu sejak tahun 1978. Awalnya karena permintaan beberapa pemancing untuk dikirimi makanan,“ kata Bu Silah.

Karena tempat memancing di pinggir hutan pinus, mereka kesulitan mendapatkan makan dan minum. Alhamdulillah bisa membantu pemancing.

Salah seorang pemancing, Setyo Nugroho (48), mengakui menjadi pelanggan tetap warung perahu Bu Silah. “Rata-rata kami memancing dari pagi sampai sore. Bahkan ada beberapa yang menginap. Karena lokasi memancing ada di tepian waduk yang jauh dari pemukiman, keberadaan warung Bu Silah sangat membantu kami,“ katanya.

Sekarang tak perlu repot-repot membawa bekal karena secara teratur Bu Silah berkeliling menjajakan makanan dan minuman.

Tak Berpengaruh

Pandemi Covid19, menurut Bu Silah, tidak terlalu berpengaruh pada usahanya. Meskipun sebagai obyek wisata Waduk Sempor ditutup, tidak menyurutkan para pemancing untuk menyalurkan hobi. Terbukti pada Lebaran H+2, Senin (25/5/2020), cukup banyak pemancing, bahkan hingga sampai ke ruas Sungai Kedungringin di sisi utara.

Faktor yang paling berpengaruh justru musim kemarau. Jika hujan tak kunjung datang dan volume air waduk menipis, jumlah pemancing yang datang juga akan menurun.

“Tahun lalu kami sempat berbulan-bulan tidak berjualan karena musim kemarau sangat panjang. Selain pemancingnya sedikit, juga air waduk terlalu dangkal. Sulit untuk membawa perahu mengampiri para pemancing,” jelas Kusnan yang setia mendampingi istrinya berjualan.

Saat ini pemanfaatan bidang perikanan di waduk Sempor tidak hanya dalam bentuk pemancingan. Penduduk lokal juga berprofesi sebagai nelayan yang rutin menjala ikan setiap pagi dan sore. Di beberapa tempat juga ditemukan keramba yang dimiliki oleh perorangan maupun kelompok. (eru)