Dinas Kebudayaan Gelar Bedah Serat Wedhataya

Serat Wedhataya merupakan naskah kuno yang mengupas makna tarian keprajuritan klasik.

Dinas Kebudayaan Gelar Bedah Serat Wedhataya
Plt. Kepala Dinas Perpustakaan Kearsipan Kabupaten Sleman, yang juga Sekretaris Dinas Perpustakaan  Abu Bakar menyerahkan bantuan Pocadi (Pojok Baca Digital) ke 4 Kalurahan, Senin (5/8/2024). (istimewa)    

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Sanggar Hadi Seminar Tempel bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan Sleman menggelar bedah Serat Wedhataya di Omah Petroek, Pakem, Sleman, Senin (5/8/2024).

Hadir dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah (DPAD) DIY, Brind, Pemilik Naskah Kuno Wilayah Kabupaten Sleman, Kalurahan penerima bantuan Pocadi (Pojok Baca Digital), Guru Bahasa Jawa, Kepala Sekolah, TBM (Taman Baca Masyarakat), pemerhati budaya Jawa, pecinta tari dan naskah kuno.

Satu rangkaian dengan kegiatan itu dilaksanakan penyerahan Bantuan Pocadi (Pojok Baca Digital) untuk empat Kalurahan yaitu Sendangadi, Balecatur, Sindumartani, Condongcatur. 

Plt. Kepala Dinas Perpustakaan Kearsipan Kabupaten Sleman yang juga Sekretaris Dinas Perpustakaan, Abu Bakar, mengatakan Serat Wedhataya merupakan naskah kuno yang mengupas makna tarian keprajuritan klasik. Buku itu sudah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.

Warisan

Adapun narasumber adalah Antonius Suparno Dipomenggolo (pemilik Serat Wedhataya) yang merupakan warisan dari ayahnya.

Hadir maestro tari Didik Nini Thowok . Harapannya, buku naskah kuno yang sudah diterjemahkan itu dapat dengan mudah dipahami bagi generasi muda.

Buku tersebut ditulis oleh Penulis Pakempalan Yogyakarta Surakarta Hadiningrat setebal 56 hal 21 cmx16 cm. Berisi filosofi gerakan tari ada sebelas jenis tarian.

Dijelaskan, terdapat petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dari jenis-jenis tari. Tahun Jawa dimulai 1555. Selisih tahun Masehi dan tahun Jawa 66 dan 67 tahun.

Filosofi gerak

Sedang isi naskah di antaranya Filosofi Gerak tari duduk bersila, 4 pedoman menari (guncangan menimbulkan keseimbangan baru), tingkat Brahmana, Satria, Wiswa, Sudra-sudra. Kemudian, dukungan kaki kiri kanan yang baik atau buruk tetap direngkuh, kebaikan akan tumbuh kebaikan - tanjak ke kiri (menghindari perilaku tidak panas).

Sejumlah kesulitan saat alih aksara di antaranya kalimat naskah terlalu panjang sehingga saat alih aksara sekaligus menata kalimat pemahaman paramasastra.

Dari kegiatan itu harapannya ke depan ada workshop yang mengikutsertakan ahli sastra dan praktisi tari, Selain itu, tari gaya Surakarta, tarian perang olah prajurit di dalam Serat wedhataya juga perlu direkonstruksi.

Ketua Panitia sekaligus Kabid Pembinaan dan Pengelolaan Perpustakaan Ch Rini Puspitasari menjelaskan bedah naskah kuno dimaksudkan untuk mengedukasi agar masyarkat mengetahui dan memahami naskah kuno yang terkandung di dalamnya. (*)