Dihadiri Sultan HB X, Ratusan Siswa Sekolah Tumbuh Menampilkan Jogjadiwarna

Dihadiri Sultan HB X, Ratusan Siswa Sekolah Tumbuh Menampilkan Jogjadiwarna
Anak-anak Sekolah Tumbuh tampil dalam pentas Jogjadiwarna di Auditorium Driyarkara USD, Rabu (14/6/2023) malam. (yvesta putu ayu palupi/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Ratusan siswa Sekolah Tumbuh dari jenjang TK hingga SMA menampilkan pentas tari dan teater di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma (USD), Rabu (14/6/2023) malam. Bertajuk Jogjadiwarna, seluruhnya berkolaborasi dalam pementasan drama kolosal dan teater yang dibungkus alunan musik pop dance akustik itu.

Pentas ini dihadiri Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X. Salah seorang siswa yang ikut pentas ini merupakan cucu dari Sri Sultan HB X yakni anak dari GKR Bendara, putri bungsu Sri Sultan HB X.

Pimpinan produksi Jogjadiwarna, Emy Rahmawati, menjelaskan pementasan merupakan kolaborasi para edukator dan siswa. Dikemas dalam ragam tarian tradisional dan modern dengan latar belakang beragam kekayaan kearifan lokal di Yogyakarta.

Jogjadiwarna adalah bagian dari The End of Year Celebration, sebuah rangkaian kegiatan yang diselenggarakan oleh Sekolah Tumbuh setiap akhir tahun ajaran dalam menunjukkan hasil karya dari proses pembelajaran,” terangnya.

Kepala SMA Tumbuh itu menambahkan, para siswa pentas secara mengalir. Ini menyesuaikan para pemeran yang mayoritas anak-anak sehingga pementasan tidak kaku dan skenario bisa berubah sewaktu-waktu.

Terlihat saat anak-anak TK Sekolah Tumbuh menarikan tarian Gajah. Ada momen seorang anak berdiam diri saat berada di panggung saat beberapa siswa lainnya ada yang lari keluar dari panggung pementasan.

Iya mengalir saja, ada bagian cerita di mana anak-anak memperkenalkan tentang budaya, kuliner bahkan edukasi tentang pangan lokal,” jelasnya.

Meski dikemas permainan, tetap ada pesan yang disampaikan. Terutama tentang keberagaman dan kekayaan kearifan lokal Jogjakarta. Tak hanya seputar kesenian namun juga dolanan bocah hingga ragam kuliner.

“Jadi tidak hanya merayakan pencapaian belajarnya. Kolaborasi paling apik adalah saat scene yang arak-arakan grebeg gunungan yang diikuti oleh seluruh penampil acara,”jelasnya.

Ketua Yayasan Edukasi Anak Nusantara (YEAN) KPH Wironegoro menilai panggung tak hanya berbicara tentang karya. Lebih jauh juga mengajarkan anak-anak untuk berani tampil. Lalu membangun interaksi sehingga menjadi kolaborasi yang indah.

“Kegiatan serupa ini adalah salah satu cara memberikan pendidikan tampil di depan publik. Hal yang dibutuhkan selain kemampuan lain seperti akademis dalam menjadi pemimpin dan menjadi manusia berkarakter,” jelasnya. (*)