Di Bantul, Posisi Penilik Sekolah Kurang Diminati

Di Bantul, Posisi Penilik Sekolah Kurang Diminati

KORANBERNAS.ID, BANTUL – Posisi atau jabatan penilik sekolah di Bantul ternyata kurang diminati. Buktinya, Kabupaten Bantul yang seharusnya butuh 81 orang penilik, hanya bisa diisi 11 orang.

Jumlah penilik sekolah dibawah naungan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Bantul tahun 2020 hanya 11 orang. Itupun setelah ada penambahan enam orang yang serah terima jabatannya dilakukan Kamis (2/1/2020). Jumlah penilik tersebut naik dibanding tahun 2019 yang hanya enam orang dan tahun 2018 yang hanya dua orang.

“Jumlah ini (11 orang, red) masih jauh dari ideal. Karena memang posisi penilik kurang dilirik, kurang diminati dan juga dinilai kurang strategis,” kata Drs H Sudadi MM, salah satu penilik baru, kepada koranbernas.id.

Padahal jika melihat inpassing (penyesuaian, red) PNS ke jabatan fungsional penilik, banyak yang telah memenuhi syarat. Misalnya, syarat golongan IIIB dan latar belakang pendidikan minimal 2 tahun.

“Karena memang penilik bukan jabatan yang bergengsi sehingga kurang diminati. Selain itu untuk fasilitas penunjang seperti kendaraan dinas, juga tidak ada. Memang diperlukan keiklasan hati untuk mau menjadi penilik, karena ini bukan jabatan tunjukan tetapi kita yang mengajukan,” kata Sudadi yang sebelumnya adalah Kasie Kepemudaan tersebut.

Teknisnya, ketika Bantul kekurangan tenaga penilik, kemudian mengajukan kepada Kementerian Pendidikan melalui BKAD dan bupati. Setelah itu dilakukan seleksi secara online dan juga tes potensi oleh pemerintah pusat.

“Kalau untuk yang dibawah 5 orang, tes secara online. Namun karena Bantul ada 6 yang tes, maka dari Jakarta datang kemari mengawasi saat tes tersebut,” katanya.

Setelah dinyatakan lolos, selanjutnya muncul rekomendasi dari pusat dan diikuti dengan pembuatan SK oleh Bupati Bantul Drs H Suharsono tertanggal 27 Desember 2019 silam.

Salah satu penilik, Dra Dwi Ratna Suprihastuti Mkes, mengatakan posisi penilik memang tidak begitu banyak dipilih para PNS. Posisi pemilik dinilai kurang menjanjikan atau kurang prestisius.

“Ketika penilik baru 6 orang, saya harus mengampu 4 kecamatan yakni Srandakan, Piyungan, Sewon dan Sedayu. Dalam sehari saya bisa menempuh perjalanan 100 kilometer untuk menjalankan tugas sebagai penilik,” kata Dwi Ratna.

Tugas penilik, lanjut Ratna, adalah sebagai pengendali mutu berdasar 8 indikator mutu pendidikan. Ada tiga tipe penilik di Bantul yakni untuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), LPK (lembaga kursus) serta Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM).

“Namun karena jumlahnya terbatas, maka untuk Bantul penilik semua sama. Jadi penilik PAUD dan Pendidikan Non Formal (PNF),” katanya. (eru)