Dari Penelitian Vaksin Lahir Karya Lukis Digital
KORANBERNAS.ID, JAKARTA – Pandemi Covid-19 tidak hanya mengubah cara berinteraksi dan hidup masyarakat tetapi juga menginspirasi kaum wanita untuk berkreasi kemudian membagikan karya dan pengalaman mereka kepada publik.
Setidaknya inilah yang dilakukan dua perempuan saintis asal Indonesia, Saskia Purbojo dan Ratih Oktri Nanda. Di sela-sela aktivitas penelitian vaksin, lahir karya lukis digital, yang dipamerkan pada event Creative Resillience, Art by Women in Science, di markas besar UNESCO di Prancis.
Saskia Purbojo merupakan lulusan Institut Teknologi Bandung (ITB). Dia saat ini sedang menempuh Pendidikan magister Lunds Tekniska Hogskola. Sedangkan Ratih Oktri Nanda merupakan asisten peneliti pengobatan tropis dan kesehatan masyarakat di Indonesia.
Saskia saat awal pandemi Covid-19 bekerja di laboratorium untuk melakukan ekstraksi SARS-CoV-2. Karyanya berjudul Beyond VTM adalah lukisan digital yang menggambarkan botol Viral Transport Media (VTM) untuk pengambilan sampel swab petugas kesehatan atau laboratorium.
Lingkungan di dalam botol mengungkapkan harapan dan visi Saskia setelah pandemi dan bagaimana dunia dapat diubah dengan sumber energi terbarukan dan sistem transportasi yang ramah lingkungan. Karya Saskia menjadi pengingat bahwa ada dunia yang lebih baik menunggu setelah pandemi.
Ratih Oktri Nanda, selain menjadi asisten peneliti, dia juga seorang ilustrator otodidak. Ilustrasi digital karya Ratih berjudul Safe terinspirasi oleh Sarah Gilbert, seorang peneliti utama yang mengerjakan vaksin Covid-19.
Menurut Ratih, dirinya menciptakan karya seni ini sebagai penghormatan kepada semua peneliti, ilmuwan dan pekerja laboratorium di seluruh dunia yang telah bekerja di belakang layar untuk mengembangkan vaksin.
Peneliti dan ilmuwan bekerja untuk membuat seluruh dunia merasa aman kembali, kembali berpelukan serta mengakhiri jarak fisik.
Duta Besar atau Wakil Delegasi Tetap Indonesia untuk UNESCO, Ismunandar, mengungkapkan kedua karya digital ini dipamerkan bersama 98 karya lainnya pada 28 Oktober hingga 1 Desember 2021.
Karya-karya tersebut dapat dinikmati secara daring melalui laman https://www.creativeresilience-unesco.org/. “Setelah ini, karya digital ini dipamerkan di Dubai World Expo 2022 dalam tema Connecting Minds, Creating the Future,” ujarnya, Minggu (31/10/2021).
Menurut Ismunandar, di dunia saat ini saintis wanita kurang terlihat disbanding pria. Faktanya, jumlah saintis laki-laki di dunia dua kali lebih banyak dari saintis wanita.
Melalui pameran Creative Resillience, Art by Women in Science ini, UNESCO berupaya memberikan wadah agar suara dan visibilitas saintis wanita terdengar dan terlihat.
“Wanita yang berkarier di bidang Sains Teknologi, Engineering, dan Matematik (STEM) memiliki sisi unik mereka dalam perspektif ilmiah, perjalanan pribadi, kreasi dan ketahanan mereka selama pandemi,” ujarnya.
Pameran menampilkan seratus karya 54 saintis dari 31 negara antara lain Argentina, Pulau Dominika, Kongo, Ekuador, Prancis, Indonesia, Italia, Jepang, Moldova, Norwegia, Pakistan, Turki, Inggris dan Amerika Serikat.
Ismunandar sepakat, seni memiliki kekuatan untuk memprovokasi, memotivasi, menginspirasi, menerangi dan membawa perubahan. Ketika seni bertemu dengan sains, seni memasuki alam realisasi dan tujuan baru.
Merujuk data UNESCO, satu dari tiga peneliti ilmiah adalah perempuan, meskipun mereka mewakili antara 45-55 persen dari mahasiswa dan 44 persen dari mereka yang terdaftar dalam program PhD.
Selain itu, 26 persen ilmuwan wanita menginformasikan dan meningkatkan kesadaran di kalangan masyarakat umum tentang pandemi Covid-19, tetapi hanya 8 persen ilmuwan wanita yang berpartisipasi dalam mengoordinasikan tanggapan kebijakan di tingkat institusional. (*)