Dari Batik hingga Digital, Program Ambisius UNESCO untuk Industri Kreatif Indonesia

Kreativitas adalah sumber daya yang dimiliki oleh semua negara, tidak seperti minyak atau gas.

Dari Batik hingga Digital, Program Ambisius UNESCO untuk Industri Kreatif Indonesia
Foto bersama para penggagas, pendukung program Cultivating Cultural Heritage for Sustainable Livelihoods dengan peserta. (muhammad zukhronnee muslim/koranbernas.id)

KORANBERNAS.ID, MAGELANG -- Di tengah pemandangan indah Balkondes Wanurejo Magelang, UNESCO Jakarta meluncurkan program ambisius bertajuk Cultivating Cultural Heritage for Sustainable Livelihoods atau Program Pelestarian Warisan Budaya untuk Menunjang Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berkelanjutan.

Ini menandai babak baru upaya pelestarian warisan budaya sekaligus pemberdayaan ekonomi masyarakat di empat provinsi di Indonesia.

Didukung oleh pendanaan dari Reksa Dana Indeks BNP Paribas IDX30 Filantropi, inisiatif ini bertujuan untuk memberdayakan 500 pelaku industri kreatif, termasuk 300 penerima manfaat langsung dari sektor seni pertunjukan dan kerajinan di DIY, Jawa Tengah, DKI Jakarta dan Nusa Tenggara Barat.

Moe Chiba selaku Programme Specialist for Culture UNESCO Jakarta menekankan urgensi program itu. "Kreativitas adalah sumber daya yang dimiliki oleh semua negara, tidak seperti minyak atau gas. Inilah mengapa investasi dalam kreativitas sangat penting untuk pembangunan berkelanjutan," ujarnya saat berbicara kepada wartawan, Selasa (2/7/2024), di Balkondes Wanurejo Borobudur Magelang.

Pemasaran digital

Program tersebut tidak hanya sebatas pelatihan konvensional. Peserta memperoleh pendampingan intensif dalam berbagai aspek krusial, mulai dari perencanaan bisnis, literasi keuangan, storytelling hingga pemasaran digital.

"Hal ini merupakan respons terhadap tantangan era digital yang dihadapi oleh para seniman dan perajin tradisional," ujarnya.

Menurut Chiba, Indonesia sudah kaya akan sumber daya alam, namun lebih dari itu, negara ini sangat kaya akan kreativitas. "Kami merasa salah jika tidak melakukan apa-apa terhadap kreativitas yang begitu berkembang di negara Anda," katanya.

Chiba mengakui pemerintah Indonesia sudah memberikan banyak dukungan kepada sektor kreatif. "Indonesia memiliki Kementerian Ekonomi Kreatif yang sangat inovatif. Indonesia adalah salah satu negara pertama di Asia Tenggara yang memiliki kementerian khusus untuk ekonomi kreatif. Indonesia sudah sangat progresif mendukung sektor kreatif," ujarnya.

Dukungan pemerintah

Menurut dia, Indonesia adalah negara besar sehingga masih banyak orang yang belum terjangkau oleh skema dukungan pemerintah.

"Yang kami maksud adalah mereka yang berada di sektor pedesaan, kota-kota kecil dan lulusan sekolah menengah. Meskipun ada banyak skema pemerintah, banyak yang tidak dapat benar-benar memanfaatkannya," lanjutnya.

Salah satu kisah inspiratif datang dari Dalmini, Ketua Kelompok Batik Kebon Indah dari Bayat Klaten. Dengan antusiasme dia mengungkapkan kegembiraannya karena menjadi bagian dari program ini.

"Kelompok kami yang beranggotakan lebih dari 150 perempuan ini memang telah mencari dukungan pendampingan untuk meningkatkan kemampuan pemasaran digital, agar usaha batik kami tetap berkelanjutan," harapnya.

Melestarikan batik

Ini merupakan tantangan terbesar mengingat sebagian besar anggotanya berusia di atas 40 tahun dan tidak begitu paham teknologi. "Kami berharap dapat merekrut lebih banyak generasi muda dan menularkan kekayaan pengetahuan kami dalam melestarikan batik sebagai warisan budaya takbenda," ujarnya.

Keunikan program terletak pada pendekatan inklusifnya. Tidak hanya melibatkan seniman dan perajin senior, tetapi juga membuka pintu bagi lebih dari 200 mahasiswa untuk berpartisipasi dalam upaya pelestarian budaya.

Bahkan, seniman dan perajin dengan disabilitas juga diberikan kesempatan yang sama untuk berkembang.

Maki Katsuno-Hayashikawa selaku Direktur Kantor Regional UNESCO di Jakarta menegaskan komitmen lembaganya. Sebagai satu-satunya badan PBB yang memiliki mandat di bidang budaya, UNESCO percaya akan kekuatan budaya untuk mendorong berbagai dimensi pembangunan berkelanjutan, termasuk penciptaan mata pencaharian, pendidikan yang berkualitas dan inklusi sosial.

Kekuatan budaya

“Program baru kami didukung oleh Reksa Dana BNP Paribas IDX30 Filantropi akan menunjukkan kekuatan budaya dan diharapkan dapat menginspirasi upaya-upaya serupa,” tambahnya.

Peluncuran program menjadi showcase yang menakjubkan. Lebih dari 100 tamu undangan termasuk para penerima manfaat, perwakilan pemerintah, media dan akademisi disuguhi pameran, pertunjukan seni inklusif dan lokakarya komunitas.

Para perajin dampingan program berkesempatan memamerkan produk mereka, memperlihatkan semangat kreativitas yang menjadi inti dari program ini.

Diana Setyawati selaku Project Director UNESCO Jakarta mengatakan pihaknya telah bergandengan tangan dengan program Merdeka Belajar.

Branding bahagia

"Kami memberikan kesempatan mahasiswa dan siswa sekolah untuk terlibat dalam program kami. Hingga saat ini, lebih dari 400 mahasiswa telah terlibat sejak 2019 dalam program kami yang bernama Branding Bahagia," kata dia.

Branding Bahagia adalah program di mana mahasiswa diterjunkan langsung membantu branding UKM dampingan UNESCO, dan sebagai imbalannya mereka mendapatkan pengalaman nyata dan nilai dari kampus.

"Kami akan mendampingi minimal 50 penerima manfaat, yaitu seniman dari DIY dan Jawa Tengah. Pelatihan ini mencakup revitalisasi usaha, perencanaan bisnis, branding, marketing dan bagaimana mengangkat narasi budaya menjadi nafas karya mereka," jelas Diana.

Selain itu, pelatihan bisnis inklusi untuk pelaku sektor kerajinan juga akan menjangkau minimal 225 perajin dari komunitas batik, lurik dan tenun tradisional di Jawa Tengah, Dini dan Lombok. Survei telah dilakukan untuk menentukan kebutuhan mereka, dan pelatihan berlangsung Juli hingga Desember 2024.

Inisiatif UNESCO dan BNP Paribas ini menjadi bukti nyata bahwa pelestarian budaya dan pemberdayaan ekonomi bisa berjalan beriringan. (*)