Ciuman Terakhir Suraji untuk Putri Tunggalnya

Ciuman Terakhir Suraji untuk Putri Tunggalnya

KORANBERNAS.ID, SLEMAN -- Masih tergurat kesedihan mendalam di wajah Suraji (65), warga Dusun Dadapan Wonokerto Turi Sleman ini.

Ditemui di rumah sederhananya, Suraji baru saja bangun setelah kelelahan usai pemakaman putri tunggalnya, Yasinta Bunga (13), korban musibah kegiatan susur sungai di hulu Kali Sempor.

Yasinta merupakan salah seorang korban yang terakhir ditemukan Tim SAR, bersama korban lainnya Zahra Imelda (12) Warga Kenteng Wonokerto, Minggu (23/2/2020) pagi.

Rasa sedih bercampur letih, begitu dirasakan Suraji. Sedih, lantaran dia harus merelakan buah hati satu-satunya pergi untuk selamanya. Terlebih selama dua hari dia menunggu kabar yang tak kunjung ada titik terang perihal keberadaan dan nasib Yasinta.

“Istri saya setiap hari menangis. Saya sendiri juga nyaris tidak bisa tidur dan tidak doyan makan, Mas. Sinta adalah anak kami satu-satunya. Anak yang diberikan Allah, setelah kami menunggu selama 15 tahun lamanya. Tapi sekarang kami hanya bisa ikhlas. Ternyata Allah meminta kembali Yasinta setelah 13 tahunan kami asuh dengan penuh cinta,” ucap Suraji lirih.

Suraji sendiri saban hari ikut turun ke sungai mencari anaknya. Dia juga terus memanjatkan doa, agar anaknya segera ditemukan dalam kondisi apapun.

“Sampai akhirnya Minggu 23 Februari pagi saya dikabari Pak Kadus,  ada kabar baik. Anak saya katanya sudah ditemukan. Saya bergegas ke posko. Saya ingin sekali mencium pipi Yasinta untuk yang terakhir,” kata Suraji seraya menyeka air mata yang mengembang di pelupuk matanya.

Suraji dan istrinya, memang tidak pernah menyangka, keberangkatan Yasinta untuk mengikuti Pramuka Jumat (21/2/2020) lalu adalah pertemuan terakhir mereka.

Petani yang juga penjual buah salak di Pasar Bantul ini menyimpan rencana besar untuk putri mereka. Diam-diam Suraji membeli dan menyiapkan balok-balok kayu dan batang-batang rangka atap baja. Material yang dibeli sedikit demi sedikit dari hasil berdagang salak dan bertani ini, disimpan rapi di rumahnya yang dikelilingi perkebunan salak.

“Bulan lalu, Sinta bertanya, untuk apa saya membeli banyak kayu dan rangka atap baja ini. Kami memang sedang berencana memugar rumah kami satu-satunya ini. Suatu saat saya dipanggil Allah, saya ingin rumah ini sudah lebih layak untuk Sinta. Tapi ternyata malah dia yang mendahului kami,” lanjutnya.

Retno Sudiyanti melayat ke rumah Suraji di Dusun Dadapan Desa Wonokerto Turi. (warjono/koranbernas.id)

Koordinasi

Sekretaris Komisi A DPRD DIY, Retno Sudiyanti, yang berkesempatan melayat ke rumah duka memastikan akan berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan termasuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) terkait musibah ini.

Bersama stakeholder lainnya, dewan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Harapannya ke depan musibah serupa tidak akan pernah terjadi lagi.

“Kita tahu pemda sudah melarang kegiatan serupa selama musim hujan. Kita akan menindaklanjutinya dengan melakukan evaluasi menyeluruh sehingga ada solusi yang lebih konstruktif ke depannya. Ini penting, karena memang masyarakat kita ini tinggal di wilayah yang rawan dengan bencana. Bukan hanya ancaman erupsi Merapi dan gempa, tapi juga potensi bencana lain termasuk banjir di sungai,” tandasnya.

Retno menilai, solusi yang komprehensif sangat penting untuk memastikan kejadian serupa tidak pernah terjadi lagi, Di sisi lain kegiatan kependidikan juga bisa dilaksanakan dengan optimal.

Ya kalaupun kegiatan di alam seperti ini memang harus dan penting dilaksanakan, maka kita ingin ada prosedur yang baku untuk lebih memastikan keselamatan siswa,” ucap politisi Partai Gerindra dari Dapil Yogyakarta Utara ini. (sol)