Cegah Stunting Itu Tidak Sulit, Hamil Jangan Terlalu Muda atau Tua

BKKBN bersama Komisi IX DPR RI terus menyelenggarakan sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana.

Cegah Stunting Itu Tidak Sulit, Hamil Jangan Terlalu Muda atau Tua
Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja H Sukamto SH Anggota DPR RI Komisi IX di Balai Aspirasi Masyarakat, Purwosari Sinduadi Mlati Sleman. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Sukamto, berpendapat sejatinya mencegah serta menekan angka stunting itu tidak sulit. Asalkan, aspek-aspek kesehatan reproduksi tidak diabaikan, terutama bagi kaum wanita.

"Jadi sebenarnya mencegah stunting itu nggak sulit. Hamil jangan terlalu muda, karena organ reproduksi masih belum siap. Tetapi juga jangan terlalu tua, berisiko stunting juga," ungkapnya saat memberikan pengarahan pada Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana di Balai Aspirasi Masyarakat Purwosari, Sinduadi Mlati Sleman, Kamis (16/11/2023).

Menurut politisi senior ini, ada empat prinsip yang perlu diperhatikan yaitu 4 T. Penjelasannya adalah hindari hamil atau memiliki anak jangan terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, terlalu banyak.

"Jangan terlalu dekat, misalnya anak baru satu tahun, sudah punya adik lagi, dikasih jarang. Jangan terlalu sering, sehingga pemenuhan gizinya tidak optimal. 4 T ini penting untuk mencegah stunting ," tegasnya.

Itu sebabnya, BKKBN bersama Komisi IX DPR RI terus menyelenggarakan sosialisasi dan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) Program Bangga Kencana. Ini dimaksudkan untuk menekan angka stunting di Indonesia termasuk DIY.

Pembagian doorprize dari BKKBN kepada peserta yang beruntung. (istimewa)

Selain itu, Sukamto juga menekankan perlunya memperhatikab asupan gizi bagi ibu hamil. Ini penting mengingat janin di dalam kandungan sepenuhnya tergantung dari asupan gizi ibu yang mengandungnya. Suami perlu berperan, selain mendampingi istri juga mendorong terpenuhinya asupan gizi.

Narasumber lainnya, Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Andi Ritamariani, menyampaikan langkah penting mencegah stunting adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) untuk bayi berumur 0-6 bulan. Hanya ASI satu-satunya makanan yang paling cocok bagi bayi pada usia tersebut. Baru kemudian setelah usia enam bulan boleh diberikan makanan pendamping ASI atau MP ASI.

Hanya saja, dia berpesan bukan berari ASI tidak diberikan lagi. Sampai batas usia dua tahun bayi masih memerlukan ASI, kemudiab menyapihnya.

Tak lupa, wanita asal Sulawesi itu mengingatkan para ibu agar memeriksakan tumbuh kembang putra putrinya ke Posyandu serta ditimbang setiap bulan. Vaksinasi juga jangan dilupakan. Jika bayi terkena stunting, lewat dua tahun akan sulit untuk diintervensi.

“Bisa, tetapi tidak bisa seperti semula. Karena kalau sudah stunting, secara fisik anak akan pendek. Kemudian kecerdasannya juga kurang," ungkapnya seraya menambahkan bayi yang lahir stunting akan menghambat akan merugikan sang anak bagi masa depannya. Dikhawatirkan kelak saat dewasa kalah bersaing saat mencari kerja.

ARTIKEL LAINNYA: Cegah Stunting, Anggota DPR RI Sukamto: Menikah Jangan Terlalu Muda

Pada forum yang sama, Widya Iswara Ahli Muda BKKBN Pusat, Achmad Sopian selaku narasumber menjelaskan Indonesia Emas 2045 sangat terkait erat dengan pembangunan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

“Harus dilakukan sejak sekarang, agar pada tahun 2045 Indonesia memiliki SDM yang berkualitas. Stunting menjadi salah satu penghambat pembangunan kualitas SDM. Namun hal itu bisa dicegah dengan memperhatikan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), yang dimulai sejak pembuahan hingga anak usia dua tahun,” jelasnya.

Sedangkan Kepala Bidang (Kabid) Ketahanan dan Kesejahteraan Keluarga (K3) Dinas P3AP2KB Sleman , M Daroji,  mengungkapkan tiga penyebab stunting di Kabupaten Sleman, yaitu ibu hamil maupun balita berada di lingkungan perokok, pola makan dan pola asuh yang salah, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). (*)