Cegah Stunting, Anggota DPR RI Sukamto: Menikah Jangan Terlalu Muda
Apabila ada ibu hamil tidak mau makan maka secepatnya dibawa ke Puskesmas.
KORANBERNAS.ID, SLEMAN – Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Sukamto, mengingatkan para orang tua terutama yang memiliki anak siap menikah, jangan menikahkan mereka terlalu muda atau terlalu tua.
Ini penting sebagai upaya mencegah kelahiran bayi stunting, karena rahimnya belum siap. Merujuk ketentuan pemerintah, usia menikah bagi perempuan adalah 21 tahun sedangkan laki-laki 25 tahun.
“Siapa di sini yang berusia 35 tahun belum menikah? Saya beri bonus,” ujarnya sambil bercanda saat memberikan pengarahan pada Sosialisasi dan KIE Program Bangga Kencana Bersama Mitra Kerja H Sukamto SH Anggota DPR RI Komisi IX, Sabtu (18/11/2023), Balai Kalurahan Ambarketawang Gamping Sleman.
Melalui kegiatan yang digelar DPR RI bekerja sama dengan BKKBN bertema Merdekakan Anak Indonesia dari Stunting itu, politisi senior ini menegaskan pada dasarnya stunting bukanlah penyakit melainkan karena kekurangan gizi pada balita yang berlangsung lama pada masa 1.000 hari pertama kehidupan.
Kepala Biro Keuangan dan Pengelolaan Barang Milik Negara BKKBN Pusat, Soetriningsih. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Sekali lagi, anggota legislatif pusat yang pada Pemilu 2024 maju lagi lewat Daerah Pemilihan (Dapil) Jateng V meliputi Solo, Sukoharjo, Boyolali dan Klaten ini mengingatkan ibu hamil tidak boleh kekurangan gizi.
Bahkan, dia tegas menyatakan apabila ada ibu hamil tidak mau makan maka secepatnya dibawa ke Puskesmas. Kekurangan gizi pada masa kehamilan dikhawatirkan mengakibatkan bayi lahir stunting.
Suami juga harus memberi perhatian. “Jangan nesa-nesu karo bojone,” ungkapnya.
Pensiunan polisi ini bercerita, dirinya punya teman yang memiliki anak stunting. Betapa repotnya. Sebagai wakil rakyat, dia berharap masyarakat ikut berperan mencegah stunting, antara lain hindari merokok di dekat ibu hamil.
Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi PKB, Sukamto, ikut memperagakan salam BKKBN. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Mengingat masih dalam suasana menjelang Pemilu 2024, Sukamto ikut memperagakan salam BKKBN yang semula terdapat acungan jari untuk sementara waktu diganti dengan mengepal, supaya tidak disalahartikan.
Narasumber lainnya pada kegiatan kali ini Kepala Biro Keuangan dan Pengelolaan Barang Milik Negara BKKBN Pusat, Soetriningsih, Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Andi Ritamartini serta Muhammad Daroji dari Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Sleman.
Di hadapan ratusan peserta sosialisasi, Soetriningsih menyampaikan dirinya merasa bersyukur angka stunting DIY, termasuk Kabupaten Sleman, di bawah rata-rata nasional. Inilah wujud kerja bersama dari berbagai pihak guna mensukseskan program menekan angka stunting.
Hanya saja, ada satu di DIY yang butuh perhatian yaitu masih adanya perkawinan anak di bawah umur. “Kalau saya melihat data tahun 2022, masih terdapat 77 anak laki-laki dan 138 anak perempuan yang berusia di bawah 19 tahun menikah,” ujarnya.
Anggota DPR RI, Sukamto, bersama anggota DPRD Kabupaten Sleman, Rahayu Widi Nuryani. (sholihul hadi/koranbernas.id)
Menurut dia, menikah semestinya bukan hanya terkait dengan persiapan biaya dan pesta tetapi juga kesehatan calon pengantin. Selain usianya sudah ideal, 21 tahun dan 25 tahun, harus diperhatikan pula gizi dan kesehatan mereka.
“Putri-putri kita kondisinya harus betul-betul sehat wal afiat. Insya Allah nanti ketika hamil kondisinya juga sehat dan melahirkan anak-anak yang sehat. Ketika istrinya hamil tolong dilindungi dan didukung ya jangan dibiarkan istrinya ke Puskesmas periksa kesehatan sendiri,” pintanya.
Muhammad Daroji menambahkan, bayi stunting kelak saat dewasa tidak mempunyai kemampuan intelektualitas yang cukup memadai, padahal program pemerintah dari sekarang adalah terwujudnya Indonesia Emas 2045.
Bisa dibayangkan, kata dia, apabila ada 6,1 juta jiwa anak mengalami stunting sebab mereka pada 2045 akan menggantikan generasi sekarang menjadi pemimpin bangsa.
Sependapat, Andi Ritamartini menyampaikan menurunkan angka stunting merupakan tugas bersama. Melalui kegiatan ini diharapkan masyarakat memahami mengenai risiko stunting.
Terdapat banyak langkah untuk mencegahnya, salah satunya jangan menikahkan anak pada usia muda atau terlalu tua.
Dia juga menyarankan ibu hamil secara rutin dan berkala memeriksakan kandungan ke Puskesmas. Tak lupa, dia juga berpesan bayi berusia nol sampai enam bulan harus mendapatkan ASI eksklusif.
“ASI merupakan satu satunya makanan yang paling cocok untuk bayi berusia nol sampai enam bulan,” kata dia. (*)