Takmir Masjid An-Nashir Nitikan Yogyakarta Membangun Rumah Tahfidz Al Quran

Al Quran petunjuk bagi manusia dan rahmat bagi alam semesta.

Takmir Masjid An-Nashir Nitikan Yogyakarta Membangun Rumah Tahfidz Al Quran
Mushaf Al Quran terjemahan Bahasa Jawa. (istimewa)

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Takmir Masjid An-Nashir Nitikan Yogyakarta merasa terpanggil untuk membuat satu pola pendidikan yang komprehensif sebagai fondasi spiritual yang kuat, khususnya bagi anak-anak dan generasi muda di wilayah Nitikan dan sekitarnya.

Langkah ini ditempuh melalui pendirian Rumah Tahfidz An-Nashir. Keberadaan rumah tahfidz tersebut memiliki tujuan untuk mencetak generasi muda yang bisa menjadi hafidz Quran dan mempunyai etos kerja wirausaha yang tangguh.

“Kami bukan hanya fokus kepada spiritualitasnya saja, tetapi juga ingin membangun hafidz Quran yang bisa mempraktikkan etos kerja yang produktif dan memberi kemanfaatan kepada semua manusia, sebagai bagian implementasi Al Quran petunjuk bagi manusia dan rahmat bagi alam semesta,” ungkap Donny Donavan, Ketua Takmir Masjid An-Nashir Nitikan, dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/11/2023).

Mengawali terwujudnya Rumah Tahfidz An-Nashir Nitikan, lanjut dia, akan dilakukan peletakan batu pertama sekaligus Pengajian Akbar dalam rangka Milad ke-111 Muhammadiyah, Minggu (19/11/2023) pagi.

Masjid An-Nashir Nitikan Yogyakarta. (istimewa)

Sejumlah tokoh dijadwalkan hadir di antaranya Dr M Busyro Muqoddas SH M Hum selaku Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Umbulharjo maupun Pimpinan Ranting Muhammadiyah Nitikan.

Diundang pula Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Bantul Drs H Saebani MA M Pd sekaligus sebagai ustad yang akan memberikan tausiyah pada pengajian tersebut.

“Rencananya Rumah Tahfidz An-Nashir dibangun empat lantai, terdiri dari ruang belajar dan juga asrama bagi santri. Pembangunan rumah tahfidz berdiri di atas tanah wakaf Muhammadiyah, luasnya mencapai 115 meter,” kata Donny.

Disebutkan, keberadaan Rumah Tahfidz An-Nashir merupakan cita-cita yang sudah lama dari takmir Masjid An-Nashir beserta tokoh masyarakat di Kampung Sorogenen Nitikan.

ARTIKEL LAINNYA: Muhammadiyah Mencanangkan Program Dakwah Masyarakat Pesisir

“Kami melihat di wilayah Nitikan dan sekitarnya belum ada satu sistem pendidikan Al Quran yang terpadu, saat ini yang ada masih sebatas pada jenjang pendidikan dasar atau Taman Pendidikan Al Quran (TPA). Jenjang lanjutan pasca dari TPA belum ada, sehingga kami memandang ada satu kebutuhan yang mendesak untuk hadirnya rumah tahfidz yang merupakan jenjang lanjut dari jenjang pendidikan dasar atau TPA,” jelasnya.

Di Masjid An-Nashir sendiri saat ini sudah saat ada TPA yang melaksanakan kegiatan pendidikan Al Quran kepada anak-anak untuk bisa membaca dan menulis Al Quran. Harapannya dengan hadirnya Rumah Tahfidz An-Nashir akan menjadi jenjang lanjut dari TPA An-Nashir yang sudah ada saat ini.

“Proses pembangunan Rumah Tahfidz An-Nashir ditargetkan selesai kurun waktu dua tahun ke depan. Insya Allah tahun 2025 sudah bisa ditempati oleh santri,” kata Donny.

Sebagai upaya mempercepat pembangunan rumah tahfidz tersebut, takmir berharap dukungan semua pihak termasuk para aghniya dan donatur di Nitikan dan sekitarnya.

ARTIKEL LAINNYA: Dunia Mengalami Krisis Ekosistem, Haedar Nashir: Cari Solusi Strategis dan Sistemik

“Mimpi dan harapan terbentuk satu sistem pendidikan Al Quran yang terpadu dan lahirnya generasi Qurani dalam waktu yang akan datang semoga bisa terwujud  dengan adanya Rumah Tahfidz An-Nashir,” tandasnya.

Dia mengakui era distrupsi yang membawa perubahan sangat cepat dalam semua aspek kehidupan mempengaruhi semua aspek kehidupan. Bahkan saat ini anak-anak dari usia balita ini telah terpapar smartphone dan game online yang tidak memberi edukasi yang baik.

Diingatkan, orang tua tidak harus memberi perhatian dan jangan cenderung abai ketika anak-anaknya bermain game di handphone. Sudah banyak anak yang saat ini menjadi korban kecanduan game online. Dampaknya merusak kondisi psikologis dan psikis anak.

Donny sepakat, fondasi spiritual yang kuat menjadi satu kebutuhan yang mutlak bagi anak-anak dan generasi muda menghadapi era perubahan saat ini. “Tanpa fondasi spiritual yang baik, mereka akan mudah terombang-ambing dan menjadi korban kemajuan teknologi yang begitu pesat,” ucapnya.

Pada akhirnya mereka akan lebih mengejar pola hidup materialistik dan gaya hidup yang berfokus mencari kesenangan dan kepuasan tanpa batas (hedonis) sehingga akan semakin menjauh dari nilai-nilai agama. (*)