Canda Gusti Prabu Soal Kamar Mayat Rumah Sakit

Canda Gusti Prabu Soal Kamar Mayat Rumah Sakit

KORANBERNAS.ID – GBPH Prabukusumo, adik dari Sri Sultan Hamengku Buwono X ini dikenal suka bercanda. Begitu pula saat melantik jajaran Direksi Rumah Sakit (RS) Mata Dr Yap Yogyakarta, Selasa (1/10/2019), di rumah sakit setempat.

Mereka yang dilantik adalah Dirut Utama (Dirut) dr Eny Tjahjani Permatasari Sp M M Kes serta jajaran direksi lainnya yaitu Linda Dimyati SSi MM Apt sebagai Direktur Umum dan SDM, dr Erin Arsianti Sp M MSc MPH sebagai Direktur Pelayanan dan Pendidikan serta H Haryadi SE Akt MAK AAAIJ CRBD sebagai Direktur Keuangan dan Sistem Informasi.

Selaku Ketua Umum Yayasan Dr Yap Prawirohusodo, sesekali Gusti Prabu, panggilan akrabnya, bercanda sehingga suasana pelantikan yang semula terkesan sedikit tegang menjadi cair.

Ketika berbicara mengenai akreditasi rumah sakit, Gusti Prabu yang juga Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) DIY ini mengaku heran terdapat aturan yang sepertinya aneh jika diterapkan di rumah sakit mata.

“Rumah sakit mata ada kamar mayat, yang pakai siapa? Mungkin yang bikin aturan ini kepinteren,” ujarnya bercanda.

Demi memenuhi aturan akhirnya persyaratan tersebut dipenuhi, meski dari sisi operasional rumah sakit swasta fasilitas tersebut berarti tambahan investasi berupa gedung dan bangunan.

Namun begitu, dirinya bersyukur RS Mata Dr Yap sudah dua kali berhasil meraih akreditasi Paripurna Bintang Lima tanpa remidi. Bidang lain yang bernaung di yayasan yang sama yaitu Badan Sosial Mardi Wuto juga meraih akreditasi serupa.

Yayasan ini juga memiliki ruko percontohan di area yang  nyaman yaitu Yap Square. “Ada pijat tuna netra plus-plus. Maksud kami, walaupun tuna netra tapi tempatnya bintang lima…,” kata Gusti Prabu kembali bercanda.

Empat lantai

Ke depan pihaknya berencana menjadikan rumah sakit di Jalan Cik Di Tiro Yogyakarta itu menjadi empat lantai. Tujuannya untuk meningkatkan pelayanan pasien.

Bukan rahasia lagi, hampir di semua layanan kesehatan kadang-kadang terdengar protes dari peserta BPJS Kesehatan. Mereka datang lebih awal namun antreannya disalip oleh pasien lain non-BPJS.

Gusti Prabu berharap RS Dr Yap ke depan tidak hanya maju tetapi juga spektakuler.

Direksi jangan ragu-ragu melaksanakan inovasi dan reformasi termasuk untuk yang sifatnya urgent misalnya pembelian peralatan.

“Yang ada di rumah saki ini milik bersama untuk pelayanan masyarakat. 21 tahun lalu saya menjadi ketua yayasan, ruang dokter hanya ada satu dipakai bergantian,” kata dia.

Untuk itu, dia berharap jajaran direksi bersikap transparan mengingat tugas dan jabatan adalah kehormatan.

 “Kalau saya, jadi pimpinan itu bukan sebagai bos tapi batur, pembantu pasien. Cermati betul harapan pasien. Pemimpin tidak boleh antikritik. Kritik, saran dan masukan itu kontrol bagi kita agar lebih baik,” paparnya.

Dengan kerja keras dan cerdas, dia juga berpesan jajaran direksi mampu menumbuhkan suasana ayem tentrem. “Jangan ada yang galak dan keras. Semua diselesaikan dengan musyawarah secara santun dan sejuk,” ucap dia. (sol)