Bertahan dengan Berjualan Online

Bertahan dengan Berjualan Online

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Pagebluk global Corona Virus Deseases 2019 atau yang biasa disingkat Covid-19 berdampak serius bagi pelaku industri. Virus asal wuhan yang terus bermutasi ini menyebabkan panjangnya durasi pademi diseluruh dunia. Tidak sedikit yang terpaksa merumahkan karyawan, bahkan ada pula yang terpaksa mengakhiri usahanya alias gulung tikar.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang terbukti tangguh pada saat krisis moneter 1998 pun tak ayal terdampak. Perajin batik dan fashion desainer yang terbiasa menangguk rejeki dari panggung ke panggung fashion show harus menahan diri. Demi mentaati protokol kesehatan, hampir dua tahun tidak ada pertunjukan besar yang bisa digunakan untuk memamerkan karya-karya baru.

Perajin dan desainer yang biasa cukup diuntungkan dengan pesanan pembuatan seragam sekolah juga harus berpuasa sementara, bagaimana tidak, sekolah daring tidak membuat pasar penjualan seragam sekolah baik-baik saja.

"Selama setahun lebih pandemi omzet kami menurun 70 persen. Alhamdulillah-nya, walau omzet turun signifikan tidak satu pun karyawan dan perajin yang saya PHK," kata Adewani Loebis, salah seorang desainer fashion dan pemilik Dewani Butik saat ditemui di sebuah perhelatan AIRA Fashion on The Spot, Minggu (5/12/2021) di Hartono Mall Yogyakarta.

Dewani bertahan dengan menjajal lapak jualan di platform online. Selain itu inovasi desain juga terus Dia lakukan, menyasar pasar anak muda salah satunya. Pasar online diyakininya begitu dekat dengan anak muda.

"Ini merupakan kesempatan untuk membumikan batik bagi generasi milenial. Alhamdulillah banyak kaum milenial yang menerima desain-desain saya terutama yang ada di luar Jawa. Antara lain Samarinda, Banjarmasin, Jakarta dan Bandung," kata dia.

Menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia dan kebijakan memulai sekolah tatap muka dengan terbatas membuat pesanan seragam mulai  banyak. Sejak kebijakan itu, tidak sedikit sekolah-sekolah ini meminta pesanan seragam ke Dewani.

"Bagi saya ini merupakan proses yang sangat bagus karena digunakan untuk seragam SMA, sesuai dengan pasar," ungkapnya.

Walau terus berinovasi dan mengikuti tren desain, Perempuan yang juga merupakan ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Kota Yogyakarta ini tetap ingin batik tidak keluar jauh dari pakemnya yaitu gaya klasik.

"Anak muda memang suka dengan warna-warna yang cerah tetapi saya akan tetap mengusung ciri khas batik. Karena saya bergerak di jalur batik klasik dengan warna sogan coklat dan hitam, maka saya tetap mempertahankan keklasikannya tersebut," terangnya.

"Sebagai siasat, Saya ganti desainnya dengan lebih variatif. Bagaimana agar para milenial itu tertarik, misalkan dengan desain yang simple, stylish yang ready to wear dan sebagainya," lanjutnya.

Menurut dia, anak-anak sekarang lebih suka baju yang modis. Walaupun batik, bisa dengan model yang lebih variatif seperti jaket atau kemeja walau bentuknya simpel tetapi tetap modis.

"Selain itu pasti bahannya harus yang adem, yaitu katun premium. Karena material juga berpengaruh sekali terhadap kaum milenial. Sekarang anak-anak milenial kalau bahannya panas atau bikin sumuk pasti tidak akan mau," tegasnya.

Dewani juga ingin mengajarkan filosofi batik di dalam karya-karya desainnya. Batik motif Parang dan Kawung yang dikombinasikan dengan burung (maskot Adewani butik) terbukti cukup digemari kalangan milenial.

"Kedua motif ini jika dipakai lelaki akan terlihat lebih gagah dan jiwa pemimpinnya muncul, juga lebih elegan jika dipakai perempan." lanjutnya.

Sebagai desainer, mengikuti tren adalah keharusan. Terutama kalau menyasar segmen umur para milenial yang cenderung gemar dengan warna-warna cerah. Tapi yang saya inginkan justru bagaimana anak milenial itu lebih mencintai warna-warna klasik seperti sogan.

"Saya tetap mempertahankan prinsip saya, Karena bagaimanapun batik tidak boleh keluar dari patokannya," tegas perempuan yang mulai membatik sejak 2013 ini.

Pada akhirnya, Dewani berharap agar pandemi segera berlalu. Yang pasti yang vaksin harus merata, Dia berpesan jangan ragu-ragu untuk vaksin. "Tentu agar pandemi ini segera berakhir, sehingga UKM itu bisa semakin berkarya dan berkibar lagi seperti sebelum pandemi," kata dia. (*)