Belajar Tak Hanya di Kelas, Coffee Study Corner Bisa jadi Pilihan

Belajar Tak Hanya di Kelas, Coffee Study Corner Bisa jadi Pilihan

YOGYAKARTA,KORANBERNAS.ID - Kopi adalah sebuah diplomasi dan bahasa yang universal. Ngopi menjadi sebuah istilah yang memiliki makna luas, tidak hanya sekedar duduk menyeruput minuman seduh dari biji kopi. Ngopi menjadi sebuah ritual atau sebuah ruang diskusi yang cair yang terkadang justru banyak memunculkan ide serta gagasan yang cemerlang.

"Kopi Menurut kami adalah bahasa universal, karena kopi adalah bahasa universal dengan bahasa kopi ini kita mampu memberikan pengetahuan dan koneksi," kata Hairullah Gazali, Direktur Korporat Jogja Tourism Training Center (JTTC) saat membuka Coffee Corner di kantor JTTC Jumat (14/10/2022) siang.

"Istilah ngopi-ngopi selama ini hanya sekedar coffebreak, ke depan ngopi-ngopi atau coffee break itu bisa dimanfaatkan untuk sekalian berdiskusi tentang tema yang sudah disampaikan sebelumnya di ruang belajar," imbuhnya.

Lebih lanjut Irul menambahkan, bahwa pihaknya melihat fenomena peserta pelatihan kalau disaat ngomong di dalam kelas itu biasanya mereka kurang semangat tapi saat sedang coffeebreak bisa lebih cair karena dukungan atmosfernya berbeda.

Ketika sudah mulai masuk ke informal, lanjut Irul, justru disana terbangun komunikasi antar trainer dan itu paling banyak pada saat coffee break. Itulah kenapa kami memilih untuk mengembangkan coffee corner ini sebagai salah satu media atau sarana untuk pembelajaran.

"Justru pada kesempatan itulah kita siapkan untuk mereka agar membuka pikiran, tetapi pada saat training [di kelas] kita pergunakan untuk transfer Knowledge," ucapnya.

Dengan hadirnya Coffee Study Corner ini Irul berharap akan memberikan kenyamanan kepada para karyawan serta para trainer, asesor serta auditor. Sehingga dengan adanya Coffee Study Corner ini diharapkan dapat sekaligus dijadikan sebagai wahana pembelajaran, karena JTTC juga menyediakan pelatihan Barista.

Tidak hanya di kelas secara online, pelatihan yang diselenggarakan oleh JTTC juga dapat dilakukan di tempat lain sesuai kebutuhan peserta pelatihan. Melihat peluang dan kebutuhan pasar akan pentingnya sebuah pengakuan keterampilan di bidang pariwisata, maka pada tahun 2007 terlahirlah sebuah lembaga sertifikasi kompetensi profesi.(*)