Bekas Lahan SD Disulap Jadi Pasar Desa

Bekas Lahan SD Disulap Jadi Pasar Desa

KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Pemerintah Kalurahan Sidomulyo, Kapenewon Bambanglipuro, Bantul membangun pasar desa khusus unggas. Lokasinya berada persis di utara Pasar Turi.

Pasar desa khusus unggas ini dibangun di atas tanah kas desa yang dulunya digunakan untuk pembangunan SD Turi yang sudah regrouping. Lalu lokasi itu “disulap” menjadi pasar desa yang saat ini memiliki 6 los, dilengkapi warung kuliner dan MCK.

Pasar yang dibangun tahun 2021 tersebut memiliki pasaran Paing seperti Minggu (20/2/2022). Para pedagang dan pembeli nampak memadati pasar unggas tersebut. Ada yang berjual beli ayam, menthok, bebek, burung merpati dan jenis unggas lainya.

Sebelum masuk ke lokasi, di sepanjang jalan Turi juga terdapat pedagang barang bekas (klithikan) yang  berjajar di sepanjang jalan.

"Memang kalau pasaran Paing pedagang itu melimpah hingga ke jalan. Bukan hanya dari Sidomulyo, namun dari berbagai penjuru Bantul. Benar-benar keberadaan Pasar Turi dan Pasar Unggas desa mampu menggairahkan ekonomi masyarakat saat pandemi  seperti sekarang," kata Edi Murjito S.Pd, Lurah Sidomulyo, kepada koranbernas.id di lokasi.

Sedikitnya ada 100 pedagang unggas yang berjualan di pasar  ini. Masih ditambah dengan pedagang makanan dan minuman yang merupakan warga sekitar pasar.

Pembangunan pasar unggas, lanjut Lurah Edi, berawal saat Pemerintah Kabupaten Bantul melakukan revitalisasi Pasar Turi menuju pasar sehat. Artinya, untuk penjualan unggas yang sebelumnya bercampur dengan penjualan komoditas lain, misal sembako dan sayur mayur, harus dipisah.

"Lalu para pedagang unggas ini mengatakan siap pindah asal difasilitasi. Maka kami kemudian mengangggarkan di APBDes (APBKal, red) tahun 2021 sebesar Rp 374 juta untuk mengawali pembangunan pasar unggas," kata Edi.

Sejatinya pembangunan akan dilanjutkan tahun 2022 dengan anggaran Rp 400 juta untuk dua paket pembangunan dan diperuntukkan pemasangan paving, penambahan los, pembangunan pagar, serta pengadaan meja dan kursi. Namun karena ada peraturan dari pusat yang belum memungkinkan untuk menggunakan anggaran dimaksud, maka pembangunan ditunda.

"Kami saat ini berupaya mengirim proposal ke Kementerian Desa agar bisa mensuport pembangunan pasar agar lebih sempurna," kata Edi. Sebab pasar ini menjadi tempat bergantung banyak orang untuk mencari nafkah.

"Mulai tahun ini sudah ada pembayaran restribusi yang menjadi Pendapatan Asli Desa (PAD). Namun pembayaran dikelola oleh pengurus pasar dan Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal). Untuk bulan pertama, restribusi masuk Rp 1 juta. Karena memang untuk restribusi ini tidak mahal, disesuaikan dengan kondisi pedagang masing-masing," terang Edi.

Salah satu pedagang minuman, Sumiyem (62 tahun), mengaku senang bisa berjaualan di tempat tersebut. "Maturnuwun nggih kagem pak lurah onten pasar niki. Kulo nggih ngampil kursi kagem sadean (Terima kasih untuk Pak Lurah sudah ada pasar ini. Saya pinjam kursi buat jualan," katanya.

Memang pihak Kalurahan Sidomulyo membeli beberapa pasang meja kursi untuk digunakan warga yang berjualan kuliner. (*)