Antrean Operasi Katarak Sangat Panjang

Antrean Operasi Katarak Sangat Panjang

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Katarak merupakan penyakit penyebab kebutaan nomor satu di dunia. Dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara, penderita katarak di Indonesia jumlahnya cukup tinggi.

Persoalannya, operasi katarak berbiaya sangat mahal. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebenarnya sudah meng-cover biaya operasi katarak namun jumlahnya dibatasi. Akibatnya antrean operasi katarak sangat panjang.

“Jadi begini, katarak kan sudah masuk BPJS tetapi di BPJS sendiri ada kuota. Satu bulan hanya sepuluh operasi sehingga antrean operasi katarak panjang sekali. Kasihan juga kalau dengan biaya sendiri terlalu tinggi,” ungkap dr Eny Tjahjani Permatasari Sp M M Kes, Direktur Utama (Dirut) RS Mata “Dr YAP”, Minggu (15/3/2020), saat Bakti Sosial Operasi Katarak HUT ke-56 PT Angkasa Pura I di rumah sakit setempat.

Didampingi Direktur Pelayanan dan Pendidikan dr Erin Arsianti Sp M MSc MPH, dia menjelaskan kadang-kadang masyarakat ragu-ragu apakah operasi katarak gratis sama dengan operasi yang tidak gratis.

“Mereka kadang-kadang nggak yakin apakah yang gratis itu dikerjakan sama dengan yang bayar. Kesulitannya kadang-kadang ya seperti itu. Kalau kita betul-betul turun ke bawah masih banyak sekali penderita  katarak,” paparnya.

Dokter Eny menegaskan, meski operasi katarak kali ini gratis tetapi tim medis melaksanakan secara profesional. Peralatan yang digunakan pun seperti halnya pasien premium atau pasien umum, dengan lensa yang bisa dipertanggungjawabkan.

“Kita tidak membedakan pasien gratis atau tidak. Safety kita dahulukan. Kita melakukan tindakan bedah sesuai standar, satu instrumen hanya untuk satu pasien dan kita lakukan secara profesional,” kata dia.

RS Mata “Dr YAP” memiliki 25 dokter spesialis mata. Hari itu sembilan dokter yang melaksanakan operasi sejak pukul 07:00 dengan menggunakan tiga kamar bedah sehingga bisa simultan dan selesai sekitar pukul 13:00.

Sebelum dioperasi pasien diperiksa terlebih dahulu di laboratorium untuk mengetahui tekanan darah.  “Kalau di atas 200 kita turunkan dulu. Gula di atas 200 kita turunkan. Memang ada beberapa yang kita tunda sebentar, kita obati dulu kemudian dioperasi terakhir,” tambahnya.

Penderita katarak setelah operasi bisa melihat kembali. Ini berbeda dengan penderita glaukoma yang mengalami kebutaan permanen dan pengobatannya berkali-kali serta sangat serius. “Semua orang sepuh pasti katarak. Itu untungnya pengobatan katarak hanya sekali dan bisa disembuhkan,” kata dia.

Penandatanganan MoU antara PT Angkasa Pura 1 dengan RS Mata “Dr Yap”. (istimewa)

Prihatin

General Manajer PT Angkasa Pura I Bandara Adisutjipto, Agus Pandu Purnama, mengatakan bakti sosial ini merupakan rangkaian HUT ke-56 PT Angkasa Pura I.

“Kita membantu operasi katarak bagi 40 warga prasejahtera berasal dari sekitar Bandara Adisutjipto, Magelang, Kulonprogo dan Yogyakarta. Operasi ini merupakan rasa tanggung jawab sosial kami karena kita memang cukup prihatin masih banyak penderita katarak di Indonesia,” kata dia.

Operasi katarak gratis sekaligus sebagai bentuk edukasi menghilangkan stigma di masyarakat katarak tidak bisa disembuhkan atau operasi katarak biayanya mahal.

“Katarak itu bisa disembuhkan dan kita hilangkan kebutaan, Insyaallah dengan bakti sosial ini paling tidak kita bisa membuat masyarakat tersenyum dan Insyaallah bisa sembuh dari katarak,” kata Pandu.

Pihaknya sudah menandatangani MoU dengan RS Mata “Dr YAP”. Artinya kerja sama ini tidak hanya saat HUT PT Angkasa Pura I tetapi berkesinambungan melalui program CSR (Corporate Social Responsibility).

Dalam kesempatan itu Pandu memohon doa restu pada 29 Maret 2020 akan bermigrasi dari bandara lama Adisutjipto ke bandara baru YIA Kulonprogo. Semua penerbangan pindah kecuali delapan pesawat propeller rute Surabaya dan Bandung tetap di bandara lama. (sol)