Anak Muda Bantul Curhat ke Cawabup Wahyudi Anggoro
Anak-anak berusia SMP berani melakukan klithih setelah mereka mengonsumsi pil.
KORANBERNAS.ID, BANTUL -- Anak-anak muda di Bantul menyampaikan curahan hati (curhat) kepada Calon Wakil Bupati (Cawabup) Pilkada Bantul 2024, Wahyudi Anggoro Hadi, dalam sebuah Talkshow Politik Muda, Beda, dan Berbahaya di Kampoeng Mataraman, Minggu (13/10/2024).
Beberapa persoalan yang dihadapi anak-anak muda muncul dalam talkshow tersebut, seperti perilaku klithih yang kembali muncul, perundungan (bullying), judi online, hingga mudahnya anak-anak muda mendapatkan minuman keras.
Ridwan, salah seorang pemuda dari Kasihan Bantul menyoroti anak-anak berusia SMP berani melakukan klitih. Menurut dia, keberanian anak-anak tersebut biasanya muncul setelah mereka mengonsumsi pil.
"Kami juga gelisah dengan pinjol yang sudah masuk di kalangan anak muda," terang dia. Menurut dia, pemerintah daerah di Bantul masih kurang melakukan pemberdayaan pemuda dan pendidikan hingga hal-hal tersebut muncul.
Generasi penerus
Salah seorang ibu, Sumarni, yang berasal dari Pleret Bantul menceritakan, pentingnya pendidikan bagi anak-anak generasi penerus. Ia pun bersyukur, walau berprofesi sebagai perosok, salah satu anaknya berhasil melanjutkan pendidikan hingga S2.
"Anak saya mendapat beasiswa bidik misi untuk melanjutkan sekolah," kata dia. Menurut Sumarni, peran keluarga sangat penting dalam membentuk perilaku anak.
Bagus dari Kasihan Bantul menceritakan salah seorang temannya yang mengalami bullying sejak SD. Bahkan, setelah pindah sekolah, ia tetap menerima bullying dari orang dan kelompok yang sama.
"Bullying perlu diantisipasi. Pemerintah harus hadir agar kasus bullying tidak terjadi lagi," terang dia.
Minuman keras
Kegelisahan lain yang muncul dalam diskusi tersebut adalah semakin mudahnya anak-anak muda untuk mendapatkan minuman keras. Selain itu, mereka juga menyoroti terkait belum meratanya akses pendidikan di Bantul, terutama untuk pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
Merespons permasalahan-permasalahan yang disampaikan peserta diskusi, Wahyudi mengatakan hari ini isu tentang anak seolah-olah hanya tanggung jawab keluarga, atau anak itu sendiri. Di sisi, terkait pendidikan, persepsi yang ada saat ini seolah-olah diserahkan hanya kepada pihak sekolah.
Padahal, untuk mendidik anak, kita membutuhkan tiga pilar pusat, yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. "Jangan dilupakan, selain sekolah, masyarakat dan keluarga juga menjadi pilar penting dalam pendidikan anak," ujarnya.
Menurut dia, pentingnya tiga pilar tersebut dalam pendidikan sudah diterapkannya selama dirinya menjadi Lurah di Panggungharjo Bantul. Ia pun mengatakan, pemerintah Bantul ke depan harus bertindak adil dalam pendidikan dengan menjadikan masyarakat dan keluarga juga menjadi pusat pendidikan, tidak hanya sekolah.
Pancacita
Paslon nomor urut 1 Pilkada Bantul, Untoro Hariadi dan Wahyudi Anggoro Hadi telah merancang Pancacita untuk menjawab keresahan warga Bantul tersebut, yang salah satunya adalah Bantul Sejahtera.
"Lewat Bantul Sejahtera, kami ingin mewujudkan Bantul sebagai ruang hidup yang layak, patut, dan bermartabat melalui penguatan kelembagaan keluarga," kata Wahyudi.
Dia menjelaskan, salah satu program prioritas yang diusung dalam Bantul Sejahtera adalah Satu Desa Satu Klik (Klinik Konsultasi) Keluarga. Selain itu, program prioritas Untoro-Wahyudi dalam Bantul Sejahtera lainnya adalah memfasilitasi pendampingan keluarga dalam bidang Ekonomi, Kesehatan, Pendidikan dan Lingkungan. Paslon nomor urut 1 ini juga akan memfasilitasi peningkatan peran perempuan dan perlindungan anak.
Pancacita Bantul terdiri atas Bantul Melayani, Bantul Sehat, Bantul Berdikari, Bantul Berdaya, dan Bantul Sejahtera. Kelimanya saling terkait satu sama lain untuk mewujudkan Bantul Baru Rakyat Sejahtera.
Prioritas
Beberapa program prioritasnya antara lain Satu Rumah Satu Sarjana, Satu Desa Satu Perawat Lansia, serta Satu Desa Satu Entrepreneur.
Talkshow dipandu oleh Kalis Mardiasih, seorang penulis, aktivis dan influencer. Talkshow akan diadakan rutin setiap hari Minggu untuk berdiskusi tentang kegelisahan para anak muda tentang tatanan sosial dan ekonomi yang dianggap tidak adil. (*)