Akhlak Lingkungan Sering Dianggap Sepele, Masjid jadi Pelopor Solusi Iklim

Akhlak Lingkungan Sering Dianggap Sepele, Masjid jadi Pelopor Solusi Iklim

KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA -- Al Quran, sunnah dan dalil tidak kurang-kurangnya menunjukkan betapa lingkungan sangat penting. Termasuk tentang problem lingkungan yang tidak terkendali seperti banjir, longsor yang dikisahkan para nabi.

"Sayangnya, di masyarakat kita ada celah besar di mana akhlak kepada lingkungan tidak diajarkan dengan baik sehingga butuh koreksi kita bersama," ujar Abdul Gaffar Karim, Ketua Departemen Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM, dalam Tadarus Lingkungan bertema Masjid sebagai Pelopor Solusi Iklim di Kantor Pusat PP Muhammadiyah, Yogyakarta, Minggu (9/4/2023).

Acara ini didukung oleh MOSAIC, sebuah kolaborasi berbagai elemen masyarakat, akademisi dan lembaga nirlaba yang berfokus pada solusi permasalahan iklim yang dihasilkan dari Kongres Umat Islam untuk Indonesia Lestari yang mulai diinisiasi pada 2021.

Menurut Gaffar, survei dan riset Purpose pada tahun 2021, menunjukkan masyarakat Indonesia memiliki nilai-nilai paguyuban dan konformitas, kesalehan yang tinggi, serta taat pada aturan dan norma. Masyarakat Indonesia juga memiliki kepedulian yang tinggi. Riset ini menemukan meskipun 84 persen orang percaya aktivitas manusia ikut bertanggung jawab atas perubahan iklim.

Namun sebagai masyarakat yang sangat religius, masyarakat Indonesia juga percaya akan peran Tuhan dalam bencana dan perubahan iklim. Selain itu, mayoritas setuju manusia harus menjaga lingkungan sebagai amanah dari Tuhan dan beberapa bencana adalah hukuman dari Tuhan.

Karenanya MOSAIC mendorong kolaborasi kelompok muslim untuk muncul sebagai pemimpin yang mampu menjawab tantangan dampak iklim melalui pendekatan yang sejalan dengan nilai-nilai keislaman.

Melalui program Sedekah Energi, kolaborasi ini berupaya mendorong penggunaan energi yang tidak merusak lingkungan dan minim polusi di rumah ibadah sebagai salah satu solusi dari permasalahan iklim.

Program Sedekah Energi mengajak masyarakat untuk memakmurkan Masjjd Al Muharram yang berlokasi di Brajan, Kecamatan Kasian, Kabupaten Bantul. Program ini akan membantu masjid untuk beralih ke energi terbarukan melalui pengadaan panel surya secara crowdfunding.

Gatot Supangkat selaku Sekretaris Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah sekaligus perwakilan MOSAIC mengatakan, untuk mengemban misi Islam yang membawa rahmat bagi semesta alam, dibutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak. Sebab kolaborasi memberi manfaat untuk kebaikan, dan ini baru bermakna jika dilakukan secara berjamaah.

"Salah satu upaya kolaborasi yang dilakukan oleh Muhammadiyah adalah bergabung bersama perwakilan Nahdlatul Ulama, UGM dan berbagai organisasi lainnya dalam MOSAIC," jelasnya.

Program crowdfunding Sedekah Energi dilaksanakan dari bulan April hingga Juni dengan tujuan mengumpulkan dana untuk pengadaan 6 unit panel surya total kapasitas 2.760 WP. Selain memberikan panel surya, warga setempat juga mendapatkan pelatihan dan transfer pengetahuan secara intensif sehingga dapat melakukan perawatan panel surya secara mandiri.

“Kepedulian kita terhadap lingkungan bisa kita awali dari masjid Al Muharram di Jogja. Mari kita rapatkan barisan dengan bersedekah untuk program energi terbarukan, karena energi kebaikan akan terus mengalir hingga di masa datang," paparnya.

Ananto Isworo, Founder Sedekah Sampah masjid Al Muharram menambahkan, Masjid Al Muharram adalah sebuah masjid yang berkomitmen untuk menjadi eco-masjid dan telah melakukan berbagai inisiatif lingkungan.

Di antaranya menggunakan arsitektur bangunan yang ramah lingkungan, membuat sumur resapan hingga penghijauan di sekitar masjid dan program sedekah sampah. Lebih dari 500 kepala keluarga akan terdampak dari pengadaan panel surya di masjid.

“Kami sudah lama berharap memiliki panel surya. Selain untuk memenuhi prinsip eco-masjid, karena juga di desa kami masih sering mati lampu. Banyak kegiatan keislaman warga terkendala karena ini,” jelasnya. (*)