14 IKM dari Bantul Bersiap Menjadi Usaha Besar

14 IKM dari Bantul Bersiap Menjadi Usaha Besar

KORANBERNAS.ID—Program Inkubasi telah dilaksanakan oleh Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta DIY sejak tahun 2006. Hingga saat ini, secara nasional ada 42 Industri Kecil Menengah (IKM) yang telah tersentuh program tersebut.

Untuk 2019, ada 14 IKM yang masuk program inkubasi. Mereka hadir dalam Focus Group Discussion (FGD) Program Inkubasi Bisnis Teknologi (PIBT) BBKKP, Kamis (3/10/2019) di Hotel Grand Dafam Rohan, Banguntapan Bantul.

Usai FGD, peserta mengikuti business matching pada Jumat (4/10/2019) yang melibatkan 14 tenant. Kemudian program Letter of Intent (LoI) dengan mitra.

Business Matching adalah proses peminangan antara dua pihak bisnis yang diberikan suatu lembaga berdasarkan pesanan (customized) klien untuk mencari mitra bisnis, memperlancar perdagangan dan memfasilitasi permodalan.

Adapun 14 tenant yakni Diby Leather, Daniela, Janedan, Jogja Kurnia (JK) Leather, Kayoni, Madana Leather, Javaiden, Zasmi Letaher, Djoen Leather, Satria 2000 Leather, Jemari Leather, Kay Leather, Manyk Leather, dan Seno Legiyono kulit gendang.

Dalam acara dua hari itu juga mendengar pengalaman dari alumni PIBT, PT Yogya Presisi Teknikatama Industri (YPTI) yang disampaikan oleh Direkturnya Petrus Tedja Hapsoro.

Perusahaan yang mulai beroperasi tahun 1999 tersebut, bergerak di bidang industri manufactur dengan spesialisasi mold making, cheking fixture dengan fasilitas mesin CNC 5 axis-3D scanner.

Diawal usahanya hanya mempekerjakan 4 karyawan. Tapi kini mampu berkembang dan menjadi gantungan hidup 330 karyawan.

“Jadi kami sebagai inkubator berfungsi untuk memfasilitasi antara tenant dengan mitra. Dengan pertemuan dan forum tersebut, diharapkan akan mampu membangun komunikasi dan mampu mengembangkan usaha yang mereka miliki,”kata Hardjana, M.Sn Kepala Divisi Program Inkubasi Bisnis Teknologi (PIBT) Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik (BBKKP) Yogyakarta kepada koranbernas.id di lokasi.

Dalam program inkubasi, Industri Kecil Menengah (IKM) akan dipantau dan didampingi untuk mengurai pemasalahan yang mereka hadapi. Karena beda usaha akan beda masalah yang dihadapi.

“Idealnya memang satu usaha satu mentor atau pendamping. Karena setiap usaha itu masalahnya beda-beda. Jadi akan lebih fokus penanganannya. Misal ada yang bermasalah di manajemen, di pemasaran, di SDM dan masalah lain,”katanya.

Menurut Hardjana, nantinya satu IKM akan didampingi maksimal hingga tiga tahun. Selama pendampingan diharapkan mereka mampu mandiri dan berkembang maju.

Sementara Petrus Tedja mengatakan biasanya usaha baru (startup) patah di tengah jalan, karena tidak ada disiplin dan komitmen yang kuat. Apalagi kalau kemudian telah merekrut pihak luar.

“Biasanya kalau usaha kecil, gajinya juga kecil yang mengerjakan itu keluarga atau orang-orang terdekat. Kalau sudah besar dan merekrut dari luar, biasanya ada konflik internal juga karena orang yang merasa berjuang dipinggirkan. Padahal karena memang kualifikasi yang dicari tidak ada. Hal seperti ini tentu harus ditangani agar tidak menghambat perkembangan usaha,”katanya,

Selain itu sikap mental pantang menyerah dan disiplin pada pekerjaan juga perlu ditumbuhkan.

“Karena pintar saja tidak cukup untuk bisa menjadi pengusaha atau membuat usahanya menjadi besar. Tapi sikap mental juga sangat berpengaruh, yakni bagaimana seseorang berkomitmen terhadap kemajuan usahanya itu,”katanya. (SM)