Herbal Belum Tergarap Maksimal, Industri dan Kampus Tidak Tinggal Diam

Herbal Belum Tergarap Maksimal, Industri dan Kampus Tidak Tinggal Diam

KORANBERNAS.ID—Potensi tanaman herbal di Indonesia sangat besar. Data menunjukkan, setidaknya ada 28.000 jenis tanaman asli Indonesia yang memiliki khasiat dan berpotensi menjadi tanaman obat. Tapi dari jumlah itu, baru 360 yang terdaftar di BPOM sebagai tanaman obat.

Besarnya potensi tanaman obat ini, diakui oleh BPOM. Maka badan menargetkan, setiap tahun setidaknya bisa mematenkan 50 jenis tamaman obat, sebagai bagian dari upaya melindungi kekayaan alam nasional sekaligus memanfaatkannya untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

“Kami harus mendukung target ini. Kekayaan alam kita harus bisa dimanfaatkan secara maksimal untuk kepentingan kesehatan masyarakat dan Negara,” kata Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat, disela menerima rombongan tamu dari Universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, di Semarang, Selasa (27/8/2019).

Rombongan dipimpin oleh Rektor Universitas Halu Oleo Prof.Dr.Muhammad Zamrun F., S.Si.,M.Si. Turut hadir Wakil Rektor IV Dr. Armid, S.Si., M.Si., M.Sc., D.Sc, Alimin Dima, S.Pd, M.Si (PPK), Dekan Fakultas Kedokteran Dr.dr.Juminten Saimin,Sp.OG (K), Dekan Fakultas Farmasi Dr Ruslin, S.Pd., M.Si peserta staf.

Dalam kesempatan itu, dilakukan penandatanganan kerjasama antara PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk dengan Universitas Halu Oleo. Bentuk kerja sama yang dilakukan mencakup beberapa hal yaitu Penyelenggaraan Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Masyarakat, Kolaborasi Riset dan Pengembangan Sumber Daya, Kegiatan Ilmiah, Kajian Ilmiah, Seminar dan Lokakarya serta Peningkatan dan Pengembangan Kompetensi Sumber Daya Manusia.

Irwan mengatakan kekayaan alam Indonesia sangat potensial untuk dikembangkan sebagai komoditas obat-obatan herbal. Dari 28.000 lebih tanaman di Indonesia, baru 360 jenis tanaman obat yang baru terdaftar di BPOM.

“Melalui kerjasama dengan dunia pendidikan ini harapannya kami bisa turut berperan lebih untuk melakukan penelitian terhadap potensi alam di sekitarnya untuk dikembangkan menjadi obat-obatan alami,” tambah Irwan.

Dijelaskan, kerjasama ini sejalan dengan program pemerintah, khususnya BPOM yang menargetkan setiap tahun ada minimal 50 tanaman yang dipatenkan sebagai tanaman obat, dari 28.000 tanaman yang ada di Indonesia.

Apalagi, universitas memiliki tenagatenaga peneliti yang andal, khususnya pada fakultas farmasi dan kedokteran.

“Jadi, dunia kedokteran dan farmasi bisa turut berperan juga dalam menggali potensi alam melalui penelitian, uji toksisitas tanaman obat, serta mencari dosis yang tepat untuk pengobatan,” jelasnya.

Menurut Irwan, dengan kerjasama ini diharapkan bisa muncul ide-ide baru, bagaimana obat alami bisa membantu masyarakat. Jadi, sudut pandangnya bukan sekadar hak patennya.

“Sudut pandang kita bagaimana tanaman bisa dijadikan sebagai bahan baku obat alam yang masyarakat juga minum dan membantu menyehatkan masyarakat,” ungkapnya. (*/SM)