Hasil Penelitian, Ternyata Sekolah Damai Mendongkrak Prestasi Siswa
KORANBERNAS.ID, YOGYAKARTA – Siswa berprestasi merupakan dambaan setiap orang tua maupun sekolah. Dari hasil penelitian, ternyata suasana sekolah yang damai memberikan kontribusi cukup besar untuk mendongkrak prestasi siswa.
Apabila iklim
kelas terasa damai secara otomatis siswa merasa tenang belajar serta leluasa mengembangkan
sisi kognitif, afektif dan psikomotorik dengan baik.
Konsep sekolah
damai inilah yang sedang digencarkan oleh dosen sekaligus peneliti Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY), Eva Imania Eliasa M Pd. Salah satu yang dijadikan pilot project adalah SMAN 4 Yogyakarta.
Selama dua
hari pada 16-17 Juli silam, dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas
Ilmu Pendidikan (FIP) UNY yang sedang mengambil S3 Bimbingan dan Konseling (BK)
di Universitas Pendidikan Indonesia Bandung itu memberikan ToT (Training of Trainer) di sekolah
tersebut.
ToT Manajemen
Layanan Bimbingan dan Konseling Kedamaian untuk Mambangun Iklim Sekolah Damai
tersebut diikuti tiga orang guru BK serta tiga guru mata pelajaran (mapel).
Saat pelaksanaannya
Eva dibantu pemateri lainnya yaitu Dr Suwarjo MSi dan Dr Budi Astuti MPd dari Program
Studi Bimbingan dan Konseling FIP UNY. Selama kegiatan berlangsung, peserta
maupun pemateri mematuhi protokol kesehatan Covid-19.
Selanjutnya dilaksanakan
pula One on One Coaching dengan kepala
sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum dan kesiswaan. Tujuannya untuk
memberi dukungan kepada para guru dan menentukan kebijakan yang luas supaya
implementasi sekolah damai berjalan lancar.
“Pesertai
pelatihan antusias. Dari pelatihan ini mereka kami jadikan sebagai garda depan agen of peace di sekolah,†ungkap Eva kepada
wartawan, Kamis (23/7/2020).
Selanjutnya,
materi pelatihan diimplementasikan di kelas sesuai bidang mata pelajaran. Ketika
siswa belajar dengan benar diharapkan berdampak positif bagi siswa maupun guru
lainnya di sekolah.
Menurut Eva,
bimbingan dan konseling merupakan faktor utama terciptanya sekolah damai, namun
demikian harus ada sinergi dengan guru mapel dan kepala sekolah.
“Perlu ada
kesamaan visi. Sekolah Damai itu faktornya dari guru yang bisa membangun
kondusivitas kelas dan menumbuhkan motivasi siswa,†jelasnya.
Adapun
teknisnya, anak dikondisikan bahwa belajar itu penting serta menyadari perlunya
kebersamaan dan toleransi di kelas. Komunikasi pun harus terjalin bagus.
Melalui
penelitian yang dilakukan 2016 - 2019, Eva menjelaskan pentingnya guru memahami
resolusi konflik secera benar. Artinya, guru harus mampu membuat variasi
pembelajaran supaya anak merasa nyaman dan tidak tertekan. “Ini harus
diupayakan,†kata dia.
Dicontohkan,
materi kimia misalnya apabila siswa tidak disiplin mengerjakan tugas maka konsekuensinya
apa? “Kita harus variasi untuk memotivasi siswa. Guru harus mengedepankan kalimat-kalimat
yang positif, tidak menyinggung perasaan,†tambahnya.
Bisa
dibayangkan apabila suasana belajar tidak nyaman dan menyenangkan, dipastikan para
siswa merasa jenuh. “Untuk menciptakan damai di kelas, guru harus memiliki
kemampuan membangun iklim kelas yang damai,†tandasnya. (sol)